Surabaya, Aktual.com — Diakui atau tidak, penyelenggaraan Haji pada tahun 2015 dapat dikatakan lebih tertib ketimbang penunaian Haji tahun 2014.
Secara teknis, masalah yang dialami calon Haji itu hanya berkutat pada masalah visa (surat izin masuk negara lain) dan “crane” (derek) yang roboh. Kedua masalah itu tidak terkait langsung dengan penyelenggara haji di dalam negeri.
Artinya, penyelenggaraan pelayanan bagi calon haji (calhaj) di dalam negeri sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Misalnya, di Embarkasi Surabaya yang melayani 28.356 calon haji pada musim haji 2015 yang meliputi Jatim (27.323), Bali (512), dan NTT (521) beserta 320 petugas.
“Secara umum, pemberangkatan calon haji mulai kloter pertama hingga terakhir tak menemui halangan berarti meski ada sejumlah kendala, seperti visa,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur H. Saifullah Yusuf (Gus Ipul) saat melepas calhaj Kloter 64 (kloter terakhir) dari Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Rabu (16/9) malam lalu.
Oleh karena itu, pesan Gus Ipul–mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal kepada jemaah calon Haji asal Jatim hanya satu, yakni menjaga kesehatan selama di Tanah Suci.
“Biasanya terlalu bersemangat, jadi lupa dengan kondisi kesehatan,” kata Gus Ipul yang sempat ke Malang (16/9) untuk mengunjungi keluarga dari dua korban tewas akibat musibah derek/crane di Masjidil Haram, Mekah, itu.
Apalagi, saat jemaah melaksanakan wukuf di Padang Arafah, masalah kesehatan menjadi penting karena saat itu tenaga akan terkuras sebab Muslim sedunia berkumpul sehingga padat dan macet.
Ya, pemberangkatan Haji di Embarkasi Surabaya sejak 21 Agustus 2015 hingga kelompok terbang (kloter) terakhir atau Kloter 64 pada hari Rabu (16/9) tampaknya tidak ada “kekacauan” seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tahun-tahun sebelumnya sempat diwarnai dengan puluhan koper besar yang penuh berisi jamu, pemalsuan belasan paspor/visa, hingga penyelundupan buku nikah ke Arab Saudi.
Namun demikian, pada tahun ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya dari jajaran Bea dan Cukai (BC) hanya menemukan satu koper berisi jamu milik calon Haji asal Sumenep, Madura, 11 September 2015.
“Saya enggak tahu isi koper saya, saya enggak periksa isinya karena ada keluarga yang memasukkan. Katanya, barang-barang itu untuk saudaranya di sana,” kata Abd Rohman, calhaj Sumenep dari Kloter 51.
Dalam pemeriksaan itu, satu koper besar yang biasanya berisi barang dengan bobot maksimal 32 kilogram itu berisi ratusan atau bahkan ribuan jamu merek “Rumput Fatimah”. Pada bagian atas dan bawah koper sebagian dijahit sehingga petugas BC terpaksa mengguntingnya.
Sementara itu, barang keperluan pribadi untuk calhaj asal Dungkek, Sumenep, hanyalah sebuah sarung, sebuah baju dan kaus, sebuah kopiah, dan sebuah sandal, sedangkan mayoritas isinya hanya jamu dengan merek itu.
Akhirnya, petugas BC meminta izin Abd Rohman untuk mengambil semua jamu di dalam koper itu untuk dimasukkan kardus berukuran besar dan diserahkan kepada petugas daerah untuk dikembalikan kepada keluarga calhaj.
“Pemeriksaan barang terlarang dalam koper itu memang domain petugas Bea Cukai dan Angkasa Pura. Padahal, kami sudah berkali-kali melakukan sosialisasi,” kata Sekretaris PPIH Surabaya H.M. Sakur.
Namun, temuan BC itu sudah sangat jauh berkurang karena pada tahun lalu saja ditemukan 24 koper yang berisi jamu.
Untuk kloter lainnya, petugas PPIH Embarkasi Surabaya dari jajaran PT Angkasa Pura menemukan minyak goreng, spirtus, dan obat-obatan. Namun, jumlahnya dapat ditoleransi kendati harus disita.
Kesehatan dan “Delay” Tidak hanya calhaj yang tertib dengan mematuhi aturan penyelenggaraan haji, tetapi masalah kesehatan dan penerbangan yang mengalami “delay” (tunda penerbangan) juga jauh lebih menurun.
“Kami mencatat 60 persen dari 27.323 calhaj Jatim tergolong ‘risti’ (risiko tinggi) secara kesehatan meski hanya 20 persen yang risti berat,” kata Kabid Kesehatan PPIH Embarkasi Surabaya dr. Susanto, M.S.H., Sp.K.P. kepada Antara di Surabaya (24/8).
Dampaknya, jemaah calon haji Jatim untuk pemberangkatan gelombang pertama (21 Agustus–3 September 2015) menyebabkan tiga calhaj batal berangkat akibat faktor kesehatan, bahkan lima calhaj Jatim telah wafat di Tanah Suci hingga Rabu (2/9).
“Tiga calhaj itu ada yang hamil, ada calhaj yang gila, dan ada calhaj yang pascaoperasi otak,” kata dr. Susanto yang juga Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Perak, Surabaya itu.
Pada tanggal 28 Agustus 2015, Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji (PPKH) Embarkasi Surabaya telah memulangkan seorang calhaj bernama Erna Latifah Usroh (43) asal Jombang karena diketahui hamil 4–5 minggu.
“Calhaj hamil itu boleh berangkat ke Tanah Suci. Akan tetapi, kalau usia kehamilannya 14–26 Minggu, sedangkan kurang atau lebih dari itu cukup rawan. Kalau terlalu muda, akan rawan keguguran, sedangkan kalau terlalu tua, justru bisa melahirkan di negara orang,” kata dokter piket Poliklinik Embarkasi Surabaya dr. Suharnoto.
Calhaj yang mengalami gangguan mental itu berasal dari Pacitan/Kloter 4, yakni Sartimah (56), sedangkan calhaj yang masih sakit setelah menjalani bedah otak (stroke) di daerahnya adalah Sono Harjo (78) dari Madiun/Kloter 5.
Namun, Panitia Penyelenggara Kesehatan Haji (PPKH) Embarkasi Surabaya yang dikomandani dr. Susanto agaknya tidak menemukan masalah sebanyak tahun lalu karena ada 20-an calhaj hamil pada saat gelombang pertama pemberangkatan.
Tidak hanya masalah kesehatan yang tidak menemukan kejadian menonjol dalam jumlah banyak, tetapi masalah penerbangan yang “delay” (tunda berangkat) pada musim Haji tahun ini juga sangat menurun.
Pada tahun ini, temuan menonjol untuk pesawat “delay” dialami sebanyak 445 calhaj asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tergabung dalam Kloter 49/Embarkasi Surabaya yang tertunda hingga hampir 22 jam berangkat ke Tanah Suci akibat pesawat yang akan ditumpangi mengalami gangguan.
“Ya, kami tertunda berangkat karena pesawat ada gangguan. Mestinya kami sudah berangkat pada pukul 01.30 WIB, tetapi rencananya menjadi berangkat pukul 23.20 WIB,” kata calhaj asal Ende, Flores-NTT, Yusuf Oang, di Surabaya, 11 September 2015.
Secara keseluruhan, jemaah calon haji NTT berjumlah 519 orang. Namun, sebagian bergabung dengan Kloter 50 yang meliputi NTT (76 orang), Pamekasan (201 orang), Sumenep (162 orang), dan Surabaya (6 orang).
Namun, ke-519 calhaj NTT sudah masuk Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada hari Kamis (10/9) dan rencananya berangkat pada Jumat dini hari, baik Kloter 49 maupun Kloter 50 (kloter gabungan).
Menanggapi pesawat “delay” itu, Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya H.M. Sakur mengaku dirinya memang sudah menerima surat pemberitahuan dari pimpinan maskapai penerbangan Saudi Arabian Airlines (SAA).
“Ya, informasinya tertunda hingga hampir 22 jam karena pesawat yang rencananya membawa mereka ke Tanah Suci itu mengalami kerusakan. Kalau dipaksakan terbang, ya, malah berbahaya,” katanya.
Namun, PPIH Embarkasi Surabaya tetap berusaha mencukupi akomodasi dan konsumsi bagi para calhaj asal NTT yang menunggu hampir 22 jam itu. Selain NTT, PPIH Surabaya juga melayani calhaj dari Bali sebanyak 512 orang.
Orang yang akan berhaji pada tahun ini sudah lebih tertib sehingga calhaj yang membawa barang melebihi aturan penerbangan, calhaj yang hamil, penerbangan yang “delay”, dan “kekacauan” lainnya pun tidak terjadi.
Tentu, fakta yang menggembirakan itu harus terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi melalui evaluasi yang menyeluruh, terutama kemungkinan pemeriksaan yang lebih baik lagi sejak di tingkat daerah.
Artikel ini ditulis oleh: