Dalam aksinya mereka meminta pemerintah untuk mengendalikan harga pangan yang sedang naik, memberantas mafia pangan dan melindungi pekerja lokal dari ancaman PHK.

Surabaya, Aktual.com – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Jatim membahas indikator perekonomian yang menyebabkan situasi perekonomian di Indonesia semakin memburuk karena adanya berbagai faktor.

“Kami membahas kajian dari kebijakan-kebijakan pemerintah, yaitu mengendalikan kenaikan harga pangan, pemberantasan mafia pangan, serta memberikan perlindungan kepada pekerja lokal dari ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK),” kata Koordinator Wilayah (Korwil) Aliansi BEM Seluruh Indonesia Wilayah Jatim, Reza Adi Pratama ketika di Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (9/10).

Ia mengatakan, meskipun perekonomian kembali membaik dengan adanya penguatan rupiah pada kurs dolar AS beberapa hari terakhir, angka Rp13.387 per dolar AS masih mengkhawatirkan bagi masyarakat, terlebih lagi sinyal PHK mulai terlihat dari beberapa perusahaan yang bangkrut.

“Sesuai data Dinas Tenaga Kerja, Transmigasi, dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jatim pada bulan Agustus 2015 ada 1.275 orang yang terkena PHK dari 158 perusahaan sehingga tidak menutup kemugkinan jika data tersebut bisa bertambah setiap bulannya,” jelasnya.

Menurut dia, indikasi dari adanya angka PHK tersebut mengakibatkan angka pengangguran semakin meningkatkan karena sesuai data Disnakertransduk Jatim ada sekitar 860 ribu orang yang tidak memiliki pekerjaan atau setara dengan 4,31 persen dari total penduduk di Jatim.

“Angka pengangguran dan PHK tersebut membuat Aliansi BEM se-Jatim yang terdiri dari 13 Universitas ini telah mengkaji dan berkomitmen untuk mengawal pemerintah ke depannya agar terwujud sesuai dengan amanat konstitusi,” terangnya.

Dia mengungkapkan bahwa Aliansi BEM se-Jatim menyatakan sikap, diantaranya konsisten untuk mengkritisi pemerintah agar menjalankan perekonomian sesuai dengan amanat konstitusi dan mengawal pemanfaatan kekayaan alam dan aset strategis untuk kepentingan bangsa dan negara.

Pada saat kejadian, kata dia, kapal tersebut telah bersandar di Pelabuhan Pulau Merbau untuk membongkar muatan. Akan tetapi, tiba-tiba terjadi ledakan. Pandra menduga ledakan tersebut terjadi karena kapal itu mengangkut bensin dari Kota Selatpanjang.

“Karena mengangkut bensin, salah seorang anak buah kapal justru menyalakan mesin ‘robin’ sehingga menimbulkan percikan api sehingga timbul ledakan,” jelas Pandra.

Artikel ini ditulis oleh: