Aliran-Aliran Kepercayaan di Nusantara
Kejawen
Kejawen adalah kepercayaan asli masyarakat Jawa yang sudah ada sebelum masuknya agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Kejawen berakar pada agama Kapitayan yang sering disalahpahami sebagai animisme dan dinamisme. Kejawen mengajarkan ketaatan terhadap nilai-nilai luhur dan menjauhi larangan dalam ajaran.
Sunda Wiwitan
Sunda Wiwitan merupakan sistem nilai ajaran budaya yang hidup di tanah Sunda, Jawa Barat, sejak manusia pertama kali menghuni wilayah tersebut. Kepercayaan ini mengajarkan keharmonisan dengan alam dan hidup rukun dengan sesama. Komunitas Sunda Wiwitan masih dapat ditemukan di Baduy, Kampung Naga, dan Cigugur Kuningan.
Marapu
Marapu adalah kepercayaan leluhur masyarakat Pulau Sumba. Mereka percaya bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, dan ada alam roh yang kekal. Marapu diwujudkan melalui pemujaan roh leluhur sebagai perantara menuju kebahagiaan abadi.
Malim
Malim adalah kepercayaan tradisional masyarakat Batak di Sumatra Utara. Pengikutnya dikenal sebagai Parmalim, yang setia pada ajaran leluhur mereka.
Kaharingan
Kaharingan adalah kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Kepercayaan ini telah ada ribuan tahun sebelum datangnya agama-agama besar. Kaharingan mengajarkan hubungan spiritual dengan Sang Maha Kuasa melalui upacara adat dan penghormatan leluhur.
Refleksi Filosofis: Tuhan dalam Perspektif Aliran Kepercayaan
Tuhan dalam agama Kapitayan dikenal sebagai Sang Hyang Taya, yang berarti kekosongan atau kesunyatan. Konsep ini serupa dengan keyakinan dalam agama-agama samawi tentang Tuhan yang tak terlihat namun Mahakuasa. Filosofi Jawa kuno memandang hidup sebagai perjalanan spiritual untuk memahami asal-usul manusia, peran di dunia, dan tujuan akhir setelah kehidupan.
Tantangan Pluralisme di Indonesia
Indonesia sebagai negara pluralistik menghadapi tantangan dalam mengakui keberadaan aliran-aliran kepercayaan. Saat ini, negara hanya mengakui enam agama resmi, sehingga aliran kepercayaan seringkali dianggap sebagai adat atau budaya semata. Padahal, kepercayaan ini adalah agama yang dianut oleh masyarakat tertentu sesuai nilai luhur nenek moyang.
Kesimpulan
Semua kepercayaan, agama, dan keyakinan memiliki tujuan akhir yang sama: mengenal Tuhan yang Esa. Jalaludin Rumi pernah menulis bahwa agama-agama di dunia hanyalah sungai yang bermuara ke samudra yang sama. Begitu pula dengan aliran kepercayaan di Nusantara yang mengajarkan nilai-nilai ketuhanan dan spiritualitas, menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya aliran-aliran ini mendapat pengakuan yang layak sesuai dengan sila pertama Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Den ajembar, den momot, lawan den wengku, den koyo segoro.
(Filosofi yang mengajarkan kebijaksanaan dan keterbukaan seperti samudera yang luas).
Oleh: Agus Widjajanto
Praktisi hukum dan pemerhati sosial budaya, politik dan hukum dan sejarah bangsanya, tinggal di Jakarta.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano










