Jakarta, Aktual.co — Pemerintah mengkaji opsi pengaliran gas proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) dan Jangkrik di Selat Makassar ke Jawa memakai pipa Kalimantan-Jawa. Saat ini pemerintah masih mengkaji untung dan rugi pengembangan IDD dan Jangkrik dengan memakai skema pipa atau gas alam cair (LNG).
“Pemerintah sedang hitung mana opsi terbaik apakah memakai pipa atau skema LNG,” ujar Direktur Gas Bumi Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto di Jakarta, Kamis (8/1).
Menurut dia, pemerintah belum memutuskan apakah pengembangan proyek IDD dan Jangkrik memakai skema hulu atau hilir. Kalau hulu berarti pakai LNG, kalau hilir pakai pipa. Secara keekonomian, penggunaan skema LNG lebih mahal sekitar empat dolar AS per MMBTU dibandingkan pipa.
“Kalau LNG ada biaya proses sebesar dua dolar, lalu ditambah ongkos angkut, jadi totalnya lebih mahal empat dolar dibandingkan pipa,” katanya.
Namun, skema pipa juga memiliki kelemahan terkait fleksibilitas pemanfaatannya. Kalau LNG bisa dipasarkan ke mana-mana, sementara pipa hanya satu tujuan.
Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) dikerjakan Chevron Indonesia Company, sedangkan Jangkrik oleh ENI Muara Bakau. Pipa gas yang menghubungkan Kalimantan hingga Jawa (Kalija) terbagi menjadi dua bagian. Pertama, ruas Semarang-Kepodang dengan panjang 200 km yang tengah dibangun PT Kalimantan Jawa Gas yang merupakan perusahaan patungan PT PGN Tbk dan PT Bakrie Brothers Tbk. Semantara, ruas Kepodang-Kalimantan sekitar 1.000 km yang dimiliki Bakrie Brothers belum dimulai karena terkendala ketersediaan gasnya.
Menurut Djoko, progres pembangunan Semarang-Kepodang saat ini sudah mencapai 36 persen.
“Rencananya, ‘on stream’ Agustus ini,” katanya.
Pipa akan mengalirkan gas Kepodang yang dikerjakan Petronas Carigali sebesar 116 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) ke PLTGU Tambak Lorok milik PT PLN (Persero).
Sementara, proyek pengembangan gas Kepodang ditargetkan rampung semester pertama 2015. Pipa Semarang-Kepodang akan memakai skema akses terbuka (open access).
“Ada gas lain yang akan melewati pipa itu,” ujar Djoko.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan, pihaknya masih menunggu proposal Chevron selaku pengelola IDD.
“Kami ingin segera ada kepastiannya,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka