Denpasar, Aktual.com — Staf Pengajar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali Dr Komang Astita, menilai kunjungan pejabat tertinggi Provinsi Hainan Luo Baoming ke Bali, bukti keseriusannya mengimplementasikan program provinsi bersaudara (Sister Province) dalam bidang kebudayaan, pariwisata dan investasi.
“Budaya Tionghoa sudah mentradisi hingga menjadi roh kehidupan spiritual masyarakat Bali, bahkan menjadi gantungan pariwisata daerah berjulukan Pulau Dewata ini ,” ujar Astita di Denpasar, Jumat (31/7), menanggapi kunjungan Sekretaris Partai Komunis Lu Baoming ke Bali sejak Kamis (30/7) – Minggu (2/8).
Ia menjelaskan, budaya Tionghoa sudah beralkulturasi menjadi “local genius” yang mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, bahkan berdasarkan catatan sejarah para leluhur bangsa Indonesia berasal dari Yunan (Tiongkok) yang menyebar melalui Indochina hingga sampai ke Nusantara.
Karena itu, katanya, di kalangan para orang tua kita zaman dahulu saat menasehati anak-anaknya sering mengatakan ‘Belajar lah Sampai ke Negeri China (Tiongkok-Red)’, hal ini merujuk pada hubungan etnis secara historis tersebut.
Menurut dia, hubungan Tionghoa dan Bali bukan hanya sebatas hubungan budaya dan historis, tetapi juga bersifat simbolik, misalnya uang kepeng asal Tiongkok hingga kini masih menjadi sarana penting dalam upacara ritual masyarakat Bali.
Selain itu, kosa kata dan juga atraksi kesenian Bali banyak yang dipengaruhi budaya Tionghoa seperti tarian barong, seni musik dan pengaruh kepercayaan Fengsui sudah mentradisi di Bali melalui proses alkulturasi melintasi waktu yang cukup panjang sejak ratusan tahun silam.
Hubungan budaya Tionghoa dan Bali, menurut Komang Astita, selain terakumulasi dalam satu sistem nilai, tetapi ada juga saling melengkapi dan saling memperkaya melalui proses transformasi budaya.
Ia menunjuk contoh seni tradisi musik Tiongkok kekuatannya di alat petik, sedangkan Bali lebih unggul di perkusi seperti gong Bali cukup banyak ragamnya dibandingkan di Tiongkok. Kalau bisa saling mengisi seni musik akan bertransformasi menjadi seni yang memiliki roh cukup kuat.
Selanjutnya, pada zaman pemerintahan Orde Lama (Mendiang Presiden Soekarno), banyak sekali misi kesenian dan budaya Tionghoa dan Indonesia yang saling mengunjungi dan pentas di kedua negara tersebut.
“Dalam konteks hubungan ‘Sister Provinvce’ penguatan misi budaya dan kesenian ini harus dilaksanakan seoptimal mungkin untuk lebih membangun hubungan persaudaraan antara Hainan dan Bali atas dasar adanya kesemaan budaya, saling pengertian, memahami dan menghormati,” ujarnya.
Karena itu, katanya, wacana Gubernur Bali Made Mangku Pastika membuka Hainan House di Bali dan sebaliknya Bali House di Hainan sebagai langkah strategis yang sangat penting dan perlu segera ditindaklanjuti.
“Kemajuan hubungan kebudayaan akan langsung mempengaruhi aspek pariwisata, apalagi sekarang ini semakin banyak wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Bali karena tertarik dengan panorama alam dan nlai budayanya yang juga banyak kesamaannya dengan Tiongkok, ini lah makna kunjungan Lu Baoming ke Bali, demikian Astita.
Artikel ini ditulis oleh: