Jakarta, Aktual.com – Sejumlah kaum nasionalis yang menjadikan pemikiran Presiden pertama RI, Ir. Soekarno sebagai ideologinya, ternyata berseberangan dengan PDI Perjuangan dalam hal Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Beberapa alumni Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) yang tergabung dalam Front Nasionalis Patria Dyaksa (FN-Patria Dyaksa) mendeklarasikan dukungannya kepada pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Deklarasi dukungan ini dilakukan di kediaman salah satu putri Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, Jakarta Selatan, Jumat (28/9).
Ketua FN-Patria Dyaksa, Wahyuni Refi mengatakan, dukungan ini dilakukan karena telah terjadi banyak penyimpangan dari ajaran-ajaran para pejuang kemerdekaan oleh penguasa.
Ia menyebut, pemerintahan sekarang dengan jargon Nawa Cita dan revolusi mental yang bersumber pada ajaran ‘Trisakti’ Bung Karno hanya sebatas ucapan dan tak terealisasi.
“Kami merasa (mendukung Prabowo-Sandi) menemukan agar para banteng-banteng ini kembali ke rumah dan kita merasa Mba Rachmawati sebagai putri Presiden Soekarno tetap memegang ajaran Bung Karno,” kata Refi usai deklarasi.
Refi mengatakan, aspirasi Patria Dyaksa dalam mengembalikan keadaan bangsa sesuai dengan ajaran para founding father sesuai dengan semangat Prabowo – Sandi dalam ajang Pilpres 2019 ini.
Sementara itu, Sekjen Patria Dyaksa Donny Lumingas mengatakan, saat ini kemurnian cita-cita proklamasi, ajaran Bung Karno dan cita-cita The Founding Father lainnya berdasarkan Pancasila dan UUU 1945 serta Bhineka Tunggal Ika semakin menjauh dalam harapan dan kenyataan bangsa.
“Untuk meluruskan dan memperjuangkan kembali roh dari konsensus dasar negara tersebut, diperlukan kontribusi semua elemen bangsa, tanpa terkecuali dan dalam tujuan itulah semangat pembentukan Front Nasionalis Patria Dyaksa dikumandangkan hari ini,” terangnya.
Patria Dyaksa sendiri terdiri dari para alumnus organisasi pergerakan nasionalis yang mengemban ajaran Bung Karno, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI), Pemuda Marhaenis, serta Pemuda Demokrat Indonesia (PDI).
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan