Grab (istimewa)

Jakarta, aktual.com – Harapan terwujudnya iklim bisnis dan industri ride-hailing yang sehat di Asia Tenggara terutama Indonesia berpotensi semakin sulit. Hal tersebut seiring pengumuman Grab Inc tentang kekuatan sumber pendanaan baru dari Softbank dan diarahkan untuk mematikan kompetisi.

Press relese resmi GRAB pada Senin (8/4) mengumumkan rencana ekspansi di Asia Tenggara dengan target pendanaan total sebesar USD6,5 miliar atau setara sekitar Rp90,6 triliun sampai akhir 2019.

Saya bertemu Masayoshi-san (CEO Softbank) minggu lalu dimana dia memberikan dukungan yang tidak terbatas untuk memerkuat pertumbuhan kami. Dukungan dari investor strategis seperti Softbank dan investor lainnya akan memungkinkan kami akan berkembang sangat agresif tahun ini, ucap Co-Founder & CEO GRAB, Anthony Tan, dalam keterangan resmi tersebut.

Pada tingkat pertumbuhan seperti itu, Anthony Tan berharap bisa menjadi kali empat lebih besar dari pesaing utama yaitu GO-JEK. Di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara pada akhir tahun ini, tekadnya.

Kolumnis sekaligus pemerhati bisnis berbasis teknologi Bloomberg, Tim Culpan, mengungkapkan press release GRAB tidak ditujukan kepada siapapun kecuali hanya diarahkan kepada GO-JEK.

Terlebih, pengumuman kekuatan dana GRAB itu dilakukan hanya sesaat setelah ramai pemberitaan bahwa kompetitornya yaitu GO-JEK baru saja dinobatkan sebagai decacorn. Valuasinya hanya terpaut sekitar USD1 miliar di antara keduanya.

”Siaran pers (GRAB) itu mungkin telah dialamatkan dengan jelas; Dear GO-JEK, tulisnya dalam artikel berjudul Grab’s Bonfire of the Vanities Is Just Blowing Smoke (Api Unggun GRAB Hanya Tentang Kesombongan Meniup Asap) dikutip dari Bloomberg, 8 April 2019.

Kepulan asap dimaksud Culpan adalah tentang kekuatan dana dari investor GRAB yang berpotensi digunakan untuk melakukan berbagai cara memenangkan kompetisi. Terutama strategi bakar uang yang cenderung predatory pricing (jual rugi) sehingga bisa menguasai pasar.

Maka tidak salah, kata Culpan, jika rencana besar GRAB itu hanya ditujukan kepada GO-JEK tanpa peduli dampak keberlangsungan bisnis dan industri ride-hailing di Asia Tenggara.

Ini adalah kompetisi dengan senjata kuno dan GRAB ingin Anda (dan GO-JEK) tahu bahwa dia memiliki tumpukan amunisi yang lebih besar dan dukungan dari negara adidaya modal ventura dunia. Selama itu masalahnya, perkirakan kabut asap yang membakar uang di Asia Tenggara akan mengepul lebih tebal, dan lebih beracun, Culpan menganalogikan.

Sebab berpotensi terjadi monopoli. Terlebih dalam dua kutipan terpisah, eksekutif GRAB terutama Anthony Tan membuat klaim bahwa pihaknya akan kali empat lebih besar dari pesaing terdekatnya.

”Dalam era baru bisnis jasa antar (transportasi online) dana besar itu sering dihabiskan untuk menutup kesenjangan antara apa yang seorang konsumen mau bayar untuk naik dan apa yang seorang pengemudi mau bayar untuk mengangkut pelanggan itu, terangnya.

Pengamat Ekonomi Yanuar Rizky menilai masuknya investasi baru SoftBank sebesar USD1,4 miliar pada putaran pendanaan seri H GRAB Inc sebagai aksi konglomerasi dengan tujuan menciptakan monopoli di industri ojek online Asia Tenggara.

Monopoli dimungkinkan dengan menerapkan tarif serendah-rendahnya bagi konsumen dengan harapan kompetitor tidak mampu bersaing.

“Itu arah konglomerasi bagaimana menguasai pasar dengan bakar duit mencapai harga serendah-rendahnya. Di satu sisi menguntungkan kosumen, tapi di sisi lain ketika tidak ada saingan bisa seenaknya menentukan harga,” ujar dia di Jakarta, ditulis Kamis (11/4).

Menurut Rizky, predatory pricing atau aksi bakar duit yang berpotensi dilakukan Grab memiliki tujuan untuk menguasai pasar dengan cara melakukan monopoli sistem.

Disitulah yang terakhir, kalau lawannya belum menyerah bakar duit tidak akan ada selesainya, tegasnya.(*)

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin