Jakarta, Aktual.com – Sejumlah dokumen rahasia dari empat badan intelejen Amerika Serikat menunjukkan bahwa Rusia telah menguasai informasi krusial terkait presiden terpilih Donald Trump, demikian dua sumber pejabat pemerintah setempat mengatakan pada Selasa malam waktu setempat.
Empat kepala badan intelejen AS telah mempresentasikan informasi itu kepada Trump dan Presiden Barack Obama pada pekan lalu. Rusia dikabarkan memiliki informasi finansial dan keterlibatan Trump dengan sejumlah pengusaha dari negeri beruang.
Sejumlah analis intelejen AS juga menduga Trump telah berhubungan dekat dengan pihak-pihak yang merupakan pejabat intelejen atau bekerja untuk intelejen Kremlin.
Namun, salah satu dari sumber Reuters mengatakan bahwa dugaan penguasaan informasi oleh Rusia itu masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Beberapa bahan dari laporan itu ditulis oleh mantan pejabat intelejen Inggris yang terbukti salah, kata sumber itu.
Trump menanggapinya dengan menulis di akun Twitter: “Ini adalah kabar bohong, sebuah langkah politik untuk menjatuhkan saya.” Tim transisi Trump hingga kini tak merespon permintaan untuk berkomentar.
Salah seorang sumber mengatakan bahwa Biro Investigasi Federal (FBI) dan badan-badan penegak hukum AS lainnya kini tengah menyelidiki kebenaran dan akurasi klaim tentang Rusia dan Trump tersebut.
Badan-badan intelejen AS telah menerima laporan dugaan kepemilikan informasi rahasia mengenai Trump sejak pertengahan tahun lalu.
Saat itu FBI tidak menindak lanjuti informasi tersebut, kata dua sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan karena mengungkap masalah yang sangat sensitif.
Peringatan mengenai kepemilikan sejumlah informasi rahasia milik presiden terpilih Amerika Serikat oleh Rusia merupakan bagian dari kekhawatiran yang lebih luas mengenai operasi mata-mata besar yang dilakukan Kremlin di negara-negara Barat. Hal ini diakui sendiri oleh Direktur Intelejen Nasional James Clapper.
Selain memiliki informasi rahasia tentang Trump, Rusia juga diduga berada di balik serangan peretas ke komputer milik pejabat Partai Demokrat, menyebarkan propaganda serta berita bohong, kata sejumlah pejabat intelejen Amerika Serikat.
Trump dan Obama telah menerima informasi mengenai hal ini pada pekan lalu oleh Direktur FBI James Comey, Direktur CIA John Brennan, dan Direktur Badan Keamanan Nasional (NSA) Mike Rogers.
(Ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby