Direktur Utama Bank BTN Maryono (kanan) berbincang dengan Menteri PUPERA, Basuki Hadi Mulyono saat pembukaan Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (11/2). Ajang pameran berkala ini digelar Bank BTN dalam rangka HUT ke-67 Bank BTN, sekaligus sebagai langkah perseroan mencapai bidikan pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 40% pada 2019. Pesta KPR ini juga dihelat untuk mendukung Program Sejuta Rumah yang diinisiasi Presiden Joko Widodo. AKTUAL/Eko S Hilman
Direktur Utama Bank BTN Maryono (kanan) berbincang dengan Menteri PUPERA, Basuki Hadi Mulyono saat pembukaan Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (11/2). Ajang pameran berkala ini digelar Bank BTN dalam rangka HUT ke-67 Bank BTN, sekaligus sebagai langkah perseroan mencapai bidikan pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 40% pada 2019. Pesta KPR ini juga dihelat untuk mendukung Program Sejuta Rumah yang diinisiasi Presiden Joko Widodo. AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan permohonan maafnya atas insiden kekerasan terhadap wartawan yang diduga dilakukan anak buahnya di kantornya, Rabu (31/5).

“Astaghfirullah, atas nama kementerian saya mohon maaf semoga hanya karena salah paham,” kata Basuki dalam pesan singkat kepada wartawan, Rabu (31/5).

Disampaikan, peristiwa yang terjadi di institusi kementerian yang dipimpinnya hendaknya dijadikannya pelajaran agar ke depan peristiwa serupa tidak terulang kembali.

“Saya juga mohon untuk tidak diperpanjang,” pungkas Basuki.

Untuk diketahui, wartawan Rakyat Merdeka Online (RMOL) bernama Bunaiya Fauzi Arubone diduga dicekik dan dimaki oleh oknum petugas protokoler Kementerian PUPR saat sedang melakukan tugas peliputan.

Petugas protokoler PUPR tersebut juga mengelilingi Bunaiya bersama pelayan dan petugas keamanan seolah hendak menangkap penjahat kriminal.

Bunaiya sempat menyatakan bahwa dirinya wartawan RMOL dan diketahui pula oleh protokoler tersebut, namun yang bersangkutan justru menyatakan ‘Bodo amat lu dari Rakyat Merdeka kek’. Bunaiya juga disebut sebagai wartawan abal-abal saat disuruh keluar ruangan.

“Saya sudah bilang pekerjaan wartawan dilindungi undang-undang dan mereka tidak bisa melarang saya begitu caranya. Tapi mereka tidak peduli,” kata Bunaiya saat digiring petugas kementerian ke lift.

Artikel ini ditulis oleh: