Jakarta, aktual.com – Anak yang dilahirkan dari ibu hamil yang terus mengalami depresi dan gangguan kecemasan berpotensi menderita gangguan kejiwaan saat tumbuh dewasa.

Dokter Spesialis Kejiwaan dari RS Cipto Mangunkusumo dr Sylvia Detri Elvira Sp.KJ(K) dalam acara seminar bertajuk “Prevent Suicide by Loving Yourself” di Gedung Imeri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Rabu (9/10), mengatakan kondisi tersebut menjadikan faktor genetik atau bakat yang dibawa oleh anak saat kehamilan dan berpotensi menjadi gangguan kejiwaan.

“Si anak terhubung dengan ibu hamil dengan tali pusat, kalau ibu stres bertengkar dengan suaminya, stres di kantor, sedih, malas makan, si anak terpengaruh. Apalagi kalau sampai nangis itu terpengaruh,” kata Sylvia.

Slyvia yang melakukan penelitian tersebut menjelaskan gen gangguan kejiwaan pada anak kemungkinan akan muncul saat menginjak masa remaja. Sementara ketika anak tersebut dilahirkan, balita, dan anak-anak tidak akan terlalu berpengaruh.

“Ketika lahir, bayi, balita, anak-anak nggak kenapa-kenapa. Pas remaja ada stres yang berat banget baru muncul,” kata dia.

Namun Sylvia menerangkan bahwa faktor biologis bukanlah satu-satunya yang menyebabkan gangguan jiwa. Terdapat dua faktor risiko lainnya yaitu psikologi dan faktor lingkungan.

Faktor psikologi adalah terkait bagaimana anak dibesarkan oleh orang tua. Anak yang tumbuh dengan kasih sayang orang tua, diberikan dukungan, dan memiliki hubungan serta komunikasi yang baik dengan orang tua cenderung lebih kuat kejiwaannya.

Selanjutnya, faktor lingkungan juga salah satu yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Anak yang mengalami perundungan di sekolah atau lingkungan masyarakat bisa mengarah pada gangguan jiwa.

Jika anak yang dilahirkan memiliki gen depresi dari ibunya yang mengalami stress saat hamil akan mudah terjadi gangguan kejiwaan apabila ditambah oleh faktor psikologi dan lingkungan.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin