Jakarta, aktual.com – Sarjono Kartosuwiryo, anak dari Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo, tokoh utama Gerakan DI/TII Negara Islam Indonesia akan meyakinkan para pengikut gerakan yang masih tersisa untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ya nanti kan kita ngobrol-ngobrol, Lebaran kita ketemu, Agustusan nanti kita ketemu ngobrol-ngobrol, enak mana di hutan atau di sini,” katanya, di Jakarta, Selasa (13/8), usai berikrar setia terhadap NKRI.
Bersama sejumlah eks-Harokah Islam Indonesia, DI/TII, NII, Sarjono berikrar setia terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, kemudian menandatangani ikrar, dan mencium Sang Saka Merah Putih.
Sarjono mengakui para pengikut DI/TII yang masih tersisa memang sudah tidak lagi tinggal di hutan pascatahun 1962, tetapi sudah menyebar di berbagai daerah.
Bahkan, kata dia, mereka juga membayar pajak yang secara tidak langsung menunjukkan bukti kesetiaan terhadap NKRI meski tidak mengakuinya.
Setelah berikrar, ia akan bersilaturahmi dengan keluarga-keluarga pengikut lainnya yang diperkirakan mencapai dua jutaan orang untuk mengajak mereka kembali bersumpah setia terhadap NKRI.
Sarjono juga tidak merasa berkhianat atas perjuangan sang ayah karena perjuangan selalu berubah setiap saat.
“Setiap saat berubah-ubah perjuangan itu. Dulu berjuang itu pakai senjata, sekarang senjatanya enggak ada. Mau berjuang pake apa?” katanya.
Di sisi lain, kata dia, kontak senjata menjadikan pertumpahan darah yang justru menyisakan kesedihan atas nasib anak-anak yatim yang ditinggalkan.
Sarjono memastikan niat mereka berikrar setia NKRI tulus dan tidak ada sesuatu apapun yang dijanjikan oleh pemerintah.
“Enggak ada (yang dijanjikan pemerintah). Kita mah membela negara, mau janji enggak janji, enggak dibayar, enggak urusan. Tapi saya perlu dengan negara ini,” kata Sarjono.
Selain Sarjono, ada beberapa eks DI/TII yang hadir, antara lain Aceng Mi’raj Mujahidin Sibaweh, yakni putra imam DI/TII terakhir, H Yudi Muhammad Aulia (cucu KH Yusuf Taujiri dan Prof Anwar Musaddad, pendiri DI/TII).
Kemudian, KH Dadang Fathurrahman, cucu dari Syaikhona Baddruzzaman yang merupakan guru Karto Suwiryo, Imam Sibaweh, Prof Musaddad, dan KH Yusuf Taujiri.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin