Pekerja berada di galeri Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Indonesia. Aktual/TINO OKTAVIANO

Jakarta, aktual.com — Analis Bank of New York (BNY) mengungkap bahwa melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat terjadi pada Selasa (18/3) tidak akan merembet jauh ke pasar valuta asing serta obligasi

Hal ini mengingat pasokan dolar yang melimpah serta kepemilikan asing atas surat utang pemerintah yang masih rendah.

“Saya tidak akan mengesampingkan tekanan yang moderat, tetapi masih diragukan apakah ini pasti akan menyebar lebih luas ke valuta asing dan obligasi,” ungkap Aninda Mitra, Kepala Strategi Makro Asia Pasifik Bank of New York, dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/3).

Lebih lanjut Aninda menjelaskan, kerentanan Indonesia yang lebih luas terhadap pembalikan cepat modal asing tampak lebih rendah daripada sebelumnya.

Pertumbuhan yang melambat ditambah dengan peraturan yang lebih ketat tentang devisa hasil ekspor akan memastikan likuiditas dolar yang cukup di dalam negeri sehingga rupiah bisa lebih stabil.

Kepemilikan asing atas obligasi rupiah tetap rendah, sekitar 15% dari total keseluruhan. Angka tersebut jauh di bawah puncak pra-pandemi yang mencapai hampir 40%.

Sebagian besar kepemilikan ini mungkin juga dilindungi nilai valuta asing.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano