Meski dibuka di zona hijau, IHSG di sepanjang Jumat ini memiliki probabilitas yang besar untuk tertekan, menyusul sikap pelaku pasar yang menanti-nanti hasil kunjungan Wakil Perdana Menteri China Liu He ke Washington akhir pekan ini.

Gonjang-ganjing hubungan dagang negara ekonomi raksasa dunia, AS dan China sudah mengganggu pasar dalam beberapa hari terakhir. Pelaku pasar sempat berekspektasi positif, setelah perundingan Washington dan Beijing berjalan mulus, namun ekspektasi itu sirna setelah Presiden Trump mengancam akan menaikkan bea impor untuk China.

Dalam cuitannya, Trump menuduh China melanggar janji. Oleh karena itu, dia akan menaikkan bea masuk impor produk China senilai 200 miliar dolar AS dari 10 persen menjadi 25 persen pada 10 Mei 2019.

Menyikapi ancaman AS itu, China memanaskan bara perseteruan dengan menyatakan akan melakukan serangan balik.

Dari sisi domestik, belum terdapat sentimen positif yang dapat menggugah perdagangan saham. Pelaku pasar masih menantikan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mengakselerasi laju pertumbuhan ekonomi agar dapat mencapai target 5,3 persen tahun ini.

Hal itu tidak lepas dari pencapaian yang kurang bagi di kuartal I dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,07 persen atau di bawah ekspektasi pasar dan Bank Indonesia yang sebesar 5,2 persen.

Pelaku pasar juga menantikan pengumuman kinerja neraca defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran kuartal I 2019 yang akan diumumkan Bank Indonesia pada Jumat siang.

Artikel ini ditulis oleh: