“Itu jauh di atas Indonesia (pertumbuhannya). Dan pada 2017 ini mereka mentargetkan tumbuh diatas 6,5%, Indonesia hanya mentargetkan 5,1%,” kecam dia.

Ditambah lagi, saat ini daya beli masyarakat juga mengalami penurunan signifikan. Konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi justru tahun ini anjlok. Momen puasa dan lebaran lalu justru tak menggenjot bisnis ritel. Hal itu membuktikan penurunan daya beli masyarakat.

“Itu karena adanya pemotongan-pemotongan anggaran ini telah mengakibatkan kelesuan ekonomi yang sangat terasa dampaknya di lapangan dan mempunyai efek yang berantai,” jelasnya.

Katanya, dalam laporan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), sampai bulan Mei 2017, penjualan ritel masih mengalami penurunan sampai 35%-40% dibandingkan dengan 2016. Juatru kondisi mengkhawatirkan itu hampir sama saat krisis 2009 lalu.

Pedagang pakaian di Tanah Abang juga mengalami omset penjualan di momen lebaran tahun turun hingga hanya mencapai 35% dari lebaran tahun lalu. Termasuk gara-gara daya beli yang anjlok ini dialami oleh perusahaan yang memiliki gerai 7-Eleven. Akhir Juni lalu menutup semua gerainya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid