Jakarta, Aktual.com —  China kembali menurunkan nilai Yuan (devaluasi) terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk hari kedua berturut-turut.

Analis First Asia Capital, David Sutyanto mengungkapkan bahwa hal tersebut telah memberikan dampak yang buruk bagi nilai tukar rupiah.

“Devaluasi Yuan berakibat jelek buat rupiah. Pertama, dolar semakin kuat. Kedua, China ekspornya makin murah, yang berarti saingan kita dalam hal ekspor jadi berat,” kata David kepada Aktual di Jakarta, Rabu (12/8).

Menurutnya, tekanan ini sangat memungkinkan untuk mendorong Rupiah terperosok ke level Rp14.000 per USD. “Mungkin saja (sentuh Rp14.000, jika sentimennya tidak membaik,” tukas dia.

Ia menegaskan, saat ini banyak hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) guna meredam laju pelemahan nilai tukar rupiah. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan stimulus kepada pasar.

“Bisa dong kasih stimulus. Kemarin rapat juga hasilnya begitu-begitu aja. Seperti pajak, kemudian penyerapan anggaran. Banyak hal yang dapat dilakukan,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka