Jakarta, Aktual.co — Upaya Pemerintah menghapuskan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium RON 88 dan menggantikannya dengan BBM baru Pertalite RON 90 yang memiliki harga lebih mahal dinilai sebagai bukti bahwa BBM di Indonesia sudah menjadi proyek bancakan para pemburu rente.
Analis Ekonomi Politik AEPI (Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia), Kusfiardi mengatakan, niat untuk menghapus Premium sudah sejak lama memang ingin dilakukan Pemerintah akan tetapi ditentang banyak pihak. Lalu belakangan setelah subsidi Premium dicabut lalu mau di ganti sama Pertalite.
“Sebelumnya diketahui pula yang di impor untuk Premium kan RON 92 setara Pertamax lalu dioplos jadi Premium. Nah kalau begitu ceritanya bisa jadi BBM kita sudah jadi proyek bancakan,” kata Kusfiardi kepada Aktual di Jakarta, Selasa (28/4).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Aktual, BBM jenis Pertalite akan dibuat atau diblending pada fasilitas tanki PT TPPI di tuban. PT TPPI ini akan dijalankan dengan memproduksi nafta dan sedikit HOMC. Namun bahan baku terbesar HOMC merupakan bahan impor. Belum lagi Pertalite merupakan jenis BBM yang belum pernah ada di dunia, lebih parah dari premium, pertalite tidak ada benchmark harganya. Sedangkan HOMC (high octane mogas component) memiliki oktan tinggi yang bila dicampur nafta yg oktan rendah jadi Pertalite dengan komposisi tertentu. Premium yang disuplai ke Indonesia, kadar octane-nya banyak yang sudah 90, harganya sama dengan premium. Jika Pertamina memakai skema Pertalite ini, untungnya bisa mencapai USD22 per barrel.
“Isu populis mengurangi impor BBM dibarengi dengan keuntungan yang diperoleh Pertamina. Di sini kelihatan motif proyeknya,” imbuh dia.
“Kan subsidi sudah dihapus. Harga BBM ikut harga pasar. Jadi saya ga yakin kalau Pertalite ini bisa membuat ketersediaan BBM kita lebih baik dan harganya bisa lebih terjangkau,” terangnya.
Ia menilai, ‘utak-atik’ kebijakan BBM ini nampaknya jadi ajang mendapatkan keuntungan tanpa pikirkan beban rakyat. Untuk itu Badan Pemeriksa keuangan (BPK) diharapkan dapat turun tangan membongkar akal-akalan ini.
“Nampaknya BPK harus lakukan audit investigasi untuk membongkar akal-akalan produk BBM yang dipakai sumber bancakan oleh mafia migas yang belum kunjung tersentuh,” tutupnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Wuryanto menghimbau pemerintah hati-hati putuskan pertalite.
“Kami himbau hati-hati karena secara ekonomi sulit dilaksanakan, secara bisnis akan muncul rente baru,” tuturnya
Dirinya menuding banyak pemain lama yang bermain dalam tender pertalite.
“Minyak keahlian khusus, orangnya punya knowledge yang bagus. Pemainnya terbatas ya itu-itu aja, itu pemain lama, ya kita tahulah,” tutupnya
Berdasarkan informasi yang didapat Aktual, BBM jenis Pertalite akan dibuat atau diblending pada fasilitas tanki PT TPPI di tuban. PT TPPI ini akan dijalankan dengan memproduksi nafta dan sedikit HOMC. Namun bahan baku terbesar HOMC merupakan bahan impor.
Belum lagi Pertalite merupakan jenis BBM yang belum pernah ada di dunia, lebih parah dari premium, pertalite tidak ada benchmark harganya. Sedangkan HOMC (high octane mogas component) memiliki oktan tinggi yang bila dicampur nafta yg oktan rendah jadi Pertalite dengan komposisi tertentu. Premium yang disuplai ke Indonesia, kadar octane-nya banyak yang sudah 90, harganya sama dengan premium.
“Jika Pertamina memakai skema Pertalite ini, untungnya bisa mencapai USD22 per barrel. Yang mampu melakukan ini hanya Ari Soemarno dan kroninya,” ujar sumber Aktual.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















