Jakarta, Aktual.com – Generasi milenial mungkin tak banyak mengetahui nama Willibrordus Surendra Bawana Rendra, atau biasa dikenal sebagai WS Rendra.
Padahal pria yang meninggal pada 2009 silam itu telah melahirkan sejumlah puisi fenomenal yang berisi kritikan keras pada era Orde Baru yang terkenal represif.
“Rendra mengenalkan beberapa nilai dan pemikiran melalui teks yang dia tulis melalui long yang susah payah. Karena pada masa represif dulu, teks (karya Rendra) sulit sekali untuk bisa keluar rumah,” kenang Ken Zuraida, istri dari mendiang WS Rendra.
Dalam era digital seperti sekarang, kata Ken, mungkin bukan hal yang sulit bagi seseorang untuk menyebarluaskan karyanya sendiri, meskipun karya itu merupakan kritik keras bagi pemerintah.
Namun, pada masa pra digital dalam sebuah negara otoriter seperti Indonesia era Soeharto, hal tersebut bukan hal yang mudah.
Terlebih, puisi-puisi Rendra kental akan kritik terhadap pemerintah, seperti Sajak Batang Lisong dan Kecoa Pembangunan. Karenanya, pemerintah Soeharto akan menghalalkan segala cara agar karya-karya Rendra tak tersebar luas.
“Dulu kan belum digital, enggak ada internet. Jadi orang harus dateng ke rumah (untuk mengambil dan menyebarluaskan puisi Rendra). Dan untuk datang ke rumah harus berdarah-darah karena rumah kami diawasi, dikepung dsb,” ucap Ken mengisahkan.
Sikap kritis Rendra, jelas Ken, takkan terkikis sedikitpun dan selalu menghantam siapa pun yang berkuasa. Menurutnya, andaikan masih hidup pun, Rendra tetap akan lantang mengkritik penguasa saat ini.
“Rendra akan selalu kritis pada setiap keadaan. Siapapun presiden dan kabinetnya, jika ada penyimpangan sedikit, dia (Rendra) akan bicara,” tegas perempuan berusia 64 tahun ini.
“Karena Rendra mencintai negeri ini maka dia mengkritik negeri ini. Kalau dia kritis itu karena mencintai, bukan karena ngaco,” sambung Ken.
Aktual sendiri bertemu dengan Ken dalam sebuah acara yang memang ditujukan untuk memberi penghargaan bagi sejumlah tokoh yang dinilai telah menjadi pejuang kemanusiaan di tanah air, termasuk Rendra.
Ia pun mengapresiasi penghargaan yang diberikan oleh Komite Nasional Penegak Konstitusi (KNPK) ini. Menurutnya, penghargaan ini dapat menjadi momentum agar keberanian dan daya kritis Rendra lebih dikenal oleh generasi muda saat ini.
“Bagi saya Rendra layak mendapatkan (penghargaan) ini. Ini sangat penting, terutama bagi generasi muda seperti anda yang sebetulnya tidak bersinggungan secara langsung dengan Rendra,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan