Jakarta, Aktual.com — Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMD-PPT) Provinsi Jambi menyebutkan, nilai investasi di daerah ini pada tahun 2016 ditargetkan naik sebesar 10 persen dari sebelumnya Rp4 triliun.
“Kita menargetkan nilai investasi tahun ini bisa mencapai Rp4,4 triliun atau naik sebesar 10 persen, sesuai yang ditargetkan Pemerintah Pusat kepada Jambi,” kata Kepala BPMD-PTT Jambi Otto Riadi di Jambi, Sabtu (4/6).
Meski kondisi ekonomi global saat ini sedang melemah, kata dia pihaknya optimistis target nilai investasi tersebut tercapai, mengingat harga komoditas unggulan Jambi yakni karet dan Crude Palm Oil (CPO) telah menunjukkan kearah yang lebih positif.
“Mudah-mudahan target itu bisa dicapai, banyak investor yang komitmen di tahun 2015 itu, mereka akan mengisi komitmennya atau merealisasikan investasinya di tahun 2016 ini,” katanya.
Ia menyebutkan, jika target investasi tersebut dapat tercapai, maka setidaknya akan mengurangi angka pengangguran dan juga berperan mengurangi kemiskinan.
Sementara realisasi investasi tahun, Otto menjelaskan investasi yang paling banyak masuk ke Provinsi Jambi adalah penanaman modal dalam negeri (PMDN) yakni sebesar 70 persen, sementara PMA sebesar 30 persen.
“Untuk PMDN saja realisasinya mencapai angka Rp3,8 triliun, sedangkan PMA Rp1,2 triliun. Yang paling banyak investor melakukan re-investasi, karena adanya kepercayaan dari perusahaan yang sudah berinvestasi di Jambi,” katanya menjelaskan.
Otto menjelaskan, dari sejumlah investasi yang masuk ke Provinsi Jambi, sektor perkebunan kelapa sawit dan karet masih paling mendominasi yang kemudian disusul oleh sektor industri lainnya seperti dari sektor kehutanan dan pertambangan.
Selama periode lima tahun (2010-2015), ia menjelaskan realisasi investasi melebihi target atau mencapai Rp46,5 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp40,6 triliun.
“Target Jambi untuk lima tahun ke depan atau dari tahun 2016 hingga 2021, berdasarkan rata-rata pertumbuhan investasi rencana yang akan dicapai yaitu sebesar Rp370 triliun,” katanya.
Target lima tahun ke depan tersebut, jelas Otto terjadi peningkatan tiga kali lipat, sehingga perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) dan juga harus ada peningkatan SDM yang berkualitas.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka