Jakarta, aktual.com – Politikus Partai Demokrat Andi Arief menyatakan penolakannya terhadap rencana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Sikap itu ia sampaikan bersama 34 tokoh nasional lainnya, termasuk Rachland Nashidik dan Rocky Gerung, yang juga menyatakan keberatan terhadap keputusan tersebut.
Dalam unggahannya di media sosial, Andi Arief menegaskan ketidaksetujuannya atas pemberian gelar yang disampaikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat, pada Senin (10/11/2025). Namun, ia mengaku tidak dapat menolak keputusan itu sepenuhnya lantaran Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyatakan dukungan terhadap pemberian gelar tersebut.
“Saya menerima Pak Harto mendapat gelar Pahlawan karena Ketua Umum Partai saya mendukung pemberian gelar itu oleh Presiden Prabowo, tetapi sebagai pribadi saya tidak setuju dengan alasan yang cukup banyak di luar alasan rekonsiliasi,” tulis Andi Arief.
Tak lama kemudian, Andi Arief mengunggah Pernyataan Bersama yang ditandatangani 35 tokoh nasional. Dokumen tersebut juga dibagikan oleh Rachland Nashidik. Dalam pernyataan itu, mereka menilai bahwa langkah pemerintah memberi gelar kepada Soeharto berpotensi mengaburkan sejarah dan mengaburkan batas moral bangsa.
“Kami tak menolak mengakui jasa yang disumbangkan siapa pun terhadap Republik ini, termasuk Soeharto. Tetapi kepahlawanan adalah hal yang jauh lebih besar dan penting dari sekadar menghargai jasa seseorang,” tulis pernyataan tersebut.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa gelar kepahlawanan tidak seharusnya dijadikan sarana untuk menutupi kesalahan dan kejahatan sejarah. Mereka menganggap langkah pemerintah itu justru seperti “menyuntikkan bius amnesia sejarah ke tubuh bangsa.”
“Kepahlawanan adalah mekanisme moral kolektif, cara bangsa mendidik anak-anaknya membedakan benar dan salah dalam sejarah. Ia tidak boleh dikosongkan maknanya menjadi sekadar kemegahan personal, karena sesungguhnya ia adalah kompas moral bagi kehidupan bersama dalam menuju masa depan,” tulis mereka.
Para tokoh tersebut mengakui bahwa rekonsiliasi nasional penting bagi penyembuhan luka sejarah bangsa. Namun, mereka mempertanyakan inkonsistensi negara yang hanya mengakui sebagian sejarah dan menyingkirkan tokoh-tokoh lain yang juga berjuang melawan kolonialisme, tetapi dihapus dari narasi resmi karena perbedaan ideologi.
“Kami bertanya: Apakah bangsa ini telah kehilangan keberanian untuk mengakui sejarahnya sendiri? Apakah nilai-nilai yang hendak diajarkan kepada anak-anak dan cucu kita dari sikap inkonsisten dan mau menang sendiri tersebut?”
Dalam pernyataan itu, mereka juga menyoroti kekhawatiran bahwa pemerintah tengah menanamkan nilai yang keliru kepada generasi muda.
“Bahwa kekuasaan boleh berbuat apa saja sepanjang mendatangkan kemakmuran? Bahwa kepatuhan pada negara lebih penting daripada kemanusiaan dan solidaritas sosial? Bahwa kebebasan adalah ancaman konstan pada pembangunan ekonomi? Bahwa korban-korban boleh jatuh dan dilupakan demi stabilitas politik?”
Pernyataan tersebut ditutup dengan penegasan bahwa apabila pelajaran moral seperti itu diwariskan, maka bangsa Indonesia bukan sedang membangun masa depan, melainkan memperpanjang bayang-bayang masa lalu.
“Terhadap kemungkinan itu, kami menyatakan tidak setuju,” tutup pernyataan tersebut.
Berikut daftar 37 tokoh nasional yang menandatangani penolakan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto:
- Andi Arief
- Rachland Nashidik
- Hery Sebayang
4. Jemmy Setiawan
5. Aam Sapulete
6. Robertus Robet
7. Syahrial Nasution
8. Rocky Gerung
9. Yopie Hidayat
10. Bivitri Susanti
11. Abdullah Rasyid
12. Ulin Yusron
13. Iwan D. Laksono
14. Beathor Suryadi
15. Affan Afandi
16. Zeng Wei Zian
17. Umar Hasibuan
18. Hendardi
19. Syahganda Nainggolan
20. Hardi A Hermawan
21. Denny Indrayana
22. Benny K. Harman
23. Endang SA
24. Yosi rizal
25. Syamsuddin Haris
26. Khalid Zabidi
27. Monica Tanuhandaru
28. Ikravany Hilman
29. Hendrik Boli Tobi
30. Isfahani
31. Elizabeth Repelita
32. Ronny Agustinus
33. Marlo Sitompul
34. Maulida Sri Handayani
35. Retna Hanani
36. Harlan
37. Jimmi R Tindi
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















