Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara menegaskan, kalau APBN setiap tahunnya mengalami defisit.

Hal ini secara tidak langsung disebut APBN itu selalu disetel dalam keadaan defisit. Namun kondisi anggaran yang defisit itu, diklaimnya, karena untuk meningkatkan perlindungan sosial.

“Jadi APBN itu disetel untuk mendorong pengeluaran yang lebih tinggi. Karena kita bangun infrastruktur, meningkatkan perlindungan sosial, sehingga kita jalankan anggaran yang sifatnya defisit ya,” kata dia, di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (11/7).

Dan untuk menutup defisit, kata dia, dengan pembiayaan salah satunya lewat utang. Namun begitu, dia mengklaim, dalam mencari utang itu dilakukan dengan cara seksama, diatur supaya utang tidak terlalu besar.

Makanya, meski utang bertumpuk, pemerintah selalu mengklaim rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Suahasil, rasio utang terhadap PDB sangat rendah sebesar 28 persen.

Bahkan angka tersebut, klaim dia, sangat aman dibanding negara lain. Bahkan Jepang saja rasionya mencapai 200 persen,

“Jadi melihat utang itu ketinggian atau kerendahan dari beberapa faktor. Pertama, dibandingkan dengan ketentuan UU. UU menetapkan rasio maksimal mencapai 60 persen ter dari PDB. Kalau 28 persen masih cukup jauh,” klaim Suahasil.

Dan kedua, dibandingkan dengan negara lain, terutama negara-negara tetangga. Malaysia rasionya 40 persen, Thailand (50 persen), bahkan Jepang (200 persen), dan AS (100 persen).

“Jadi, kalau lihat Indonesia sebesar 28 persen, itu masih sangat aman, bisa dikendalikan. Apalagi ini terhadap PDB. Dan PDB itu tiap tahun tumbuh. Apalagi PDB kita diproyeksikan tahun ini 5,2 persen, berharap utang itu makin bisa kredibel dan dimanfaatkan dengan baik,” jelas Suahasil.

Dia pun menegaskan, utang yang dimanfaatkan dengan baik itu untuk kegiatan produktif seperti membangun infrastruktur dan mendukung perlindungan sosial. Dan kalau dipakai buat infrastruktur, nantinya akan ada pengembalian dari infrastruktur itu yang akan membuat utang suistanable bisa dibayar terus.

“Karena (pendapatan) masyarakat bisa tumbuh terus, income-nya PDB naik terus. Dari PDB itulah ada penerimaan pemerintah, dan penerimaan dipakai untuk bayar utang,” kata Suahasil.

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs