Semarang, Aktual.com – Kepergian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selama 13 hari bersama isteri Siti Atiqoh Pranowo dengan dalih kunjungan kerja ke tiga negara, Suriname, Belanda dan Jerman, menuai kritik pedas.
Perjalanan Ganjar bersama sejumlah SKPD terkait dan Ketua DPRD Jawa Tengah itu dianggap tidak tepat dilakukan di tengah krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia saat ini. Dimana jumlah anggaran untuk kuker sejak 27 September hingga 9 Oktober 2015 itu sebesar Rp2,3 miliar.
“Padahal warga Jateng saat ini banyak mengalami kesulitan mencari makan, tapi malah ada jatah anggaran digunakan untuk kunjungan,” kata Ronny Maryanto, dari Divisi Korupsi, Politik dan Anggaran Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi Kolusi Nepotisme (KP2KKN) Jawa Tengah, Senin (28/9).
Kuker itu pun dianggap tak mencerminkan perilaku pejabat yang efesien dan efektif dalam memakai uang rakyat. Melengkapi kritiknya, KP2KKN juga menyertakan data Badan Pusat Statistik (BPS). Yang menunjukan jumlah penduduk miskin Jateng bertambah 15.210 orang tahun ini. Tercatat, September 2014 penduduk miskin sebanyak 4,562 juta orang, justru tahun ini bertambah menjadi 4,577 juta orang.
“Apalagi Ganjar juga mesti merealisasikan janji-janji kampanyenya. Bukan malah ‘bedol desa’ mengajak puluhan pejabat ke luar negeri,” beber dia.
Dibeberkan Ronny, dalam kuker itu Ganjar maupun Ketua DPRD Jateng sama-sama mengajak isteri masing-masing. Belum lagi keikutsertaan sejumlah pejabat dan belasan bisnismen dan akademisi dalam kunjungan
Menyoroti itu, Ronny mengatakan, jika kunjungan bertujuan untuk meningkatkan kinerja, lalu apa kapasitas istri-istri mereka juga diikutsertakan. “Selain itu legislatif yang seharusnya mengontrol eksekutif tapi malah ikut dalam rombongan, ” beber dia.
Sebelum berangkat, Ganjar mengatakan kepergiannya untuk mempromosikan potensi unggulan Jawa Tengah. Juga untuk mengembangkan dan memperluas kerja sama di sektor investasi, perdagangan, industri, pariwisata, budaya, pendidikan, sumber daya alam, dan infrastruktur.
Awalnya delegasi yang ikut dalam rombongan itu lebih dari 40 orang. Akan tetapi karena alasan efektivitas akhirnya dikurangi menjadi 21 orang. “Banyak yang saya coret karena saya ingin yang berangkat hanya yang dapat undangan dari negara yang kami kunjungi,” kata Ganjar.
Artikel ini ditulis oleh: