Jakarta, aktual.com – Para awak mobil tangki (AMT) di bawah naungan PT Garda Utama Nasional (GUN) menyayangkan aksi yang dilakukan sejumlah mantan AMT yang digelar di depan Istana Merdeka belum lama ini.

“Sangat disayangkan, karena mereka membawa nama AMT. Padahal mereka itu sudah tidak aktif lagi sebagai awak mobil tangki, tentunya kami merasa sedikit terusik dan malu kepada msyarakat atas aksi yang membawa-bawa nama AMT itu,” kata Judi Laksono salah seorang AMT kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/1).

Menurut dia, tidak ada alasan untuk ikut-ikutan melakukan demo atau mogok kerja, sepanjang semua hak-hak para awak mobil tangki diperhatikan dan dipenuhi oleh perusahaan dalam hal ini PT GUN. “Kenapa kita harus ikut-ikutan berunjuk rasa kalau kerja di sini sudah nyaman, sudah diangkat sebagai karyawan tetap, menurut saya sudah cukup. Yang penting kita kerja..kerja dan kerja,” papar Judi.

Hal senada juga disampaikan, anggota AMT lainnya Yogi Koharuddin. Menurutnya, aksi yang dilakukan mantan teman-temannya itu telah menimbulkan imej yang kurang bagus di masayarakat. “Sangat merasa terganggu dan risi, kita di sini bekerja dengan tenang dan mengikuti prosedur perusahaan yang ada ternyata di luar sana ada juga yang mengaku sebagai AMT menggelar demo bahkan di depan istana,” tukasnya.

Padahal kata dia, kalau mau mengikuti standar perusahaan, pasti nyaman-nyaman saja. “Dulu saya nggak punya BPJS, tapi Alhamdulillah sekarang sudah punya. Ini contoh kecil begitu perhatiannya PT GUN sama karyawannya,” tukasnya.

Selain itu, kata Josua Ferdinand, salah satu AMT lainnya, hak-hak lainnya sebagai karyawan di PT GUN juga sudah dipenuhi seperti misalnya hak cuti dan sebagainya. “Bahkan kalau ada urusan keluarga mendadak yang harus kita lakukan dan tidak bisa ditinggal, kita bisa minta ijin dan langsung diberikan. Jadi sangat fleksibel. Yang penting komunikasi dan ada laporannya pasti dikasih ijin,” tukasnya.

Sementara Judi menambahkan, pada saat peralihan dari PT Sapta Sarana Sejahtera (SSS) ke PT GUN 2017 lalu semua AMT yang saat itu masih aktif sudah diberikan uang peralihan. “Setelah itu pihak PT GUN memberikan kesempatan kepada semua AMT yang sebelumnya terikat dengan PT SSS untuk menjadi anggota AMT di bawah naungan PT GUN. Tentu saja dengan menjalani masa percobaan selama 3 bulan, dan pada saat itu ada sebagian kecil yang tidak lolos,” jelas Judi.

Persoalannya, kata dia, muncul karena saat itu ada sekelompok AMT yang tidak mau melaksanakan kewajibannya sebagai karyawan dengan alasan toleransi terhadap teman-temannya yang tidak lolos masa percobaan. “Mereka ini yang akhirnya bergabung dengan teman-teman yang tidak lolos masa percobaan dan menalok bekerja jika yang tidak lolos masa percobaan tidak dipekerjakan juga, dan berbuntut hingga saat ini,” bebernya.

Terkait tuntutan para pendemo, menurut Yogi juga sangat tidak masuk akal. “Kami ini kan terikat kontrak dengan vendor dalam hal ini PT GUN tapi kenapa mereka menuntut untuk diangkat atau diakui sebagai karyawan Pertamina Patra Niaga, ini kan lucu dan tidak masuk akal,” tukasnya.

Pada akhirnya, baik Yogi Koharuddin, Judi Laksono maupun Josua Ferdininand sama-sama menghimbau kepada rekan-rekan mereka di luar sana untuk berhenti menggelar aksi-aksi yang tidak ada ujungnya itu. “Sangat disayangkan, Kita kerja untuk kembali ke keluarga. Pesan kami ingat anak dan istri sebelum melangkah, karena ini tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga keluarga,” pungkas Yogi yang diamini kedua rekannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin