Jakarta, Aktual.co —Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) tahun anggaran 2014 Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dapat ‘rapor merah’ dari DPRD DKI. Salah satu poin minus yang diberikan ke Ahok adalah meningkatnya angka kemiskinan di Jakarta hingga 4,09 persen. Sehingga Ahok dianggap belum berhasil menyejahterakan warga Jakarta.

Tapi mantan Bupati Belitung Timur ini tak mau disalahkan. Dia berdalih meningkatnya angka kemiskinan di Jakarta bukan akibat buruknya kinerja Pemprov DKI. Tapi akibat dipengaruhi berbagai variabel, seperti inflasi pasca naiknya BBM.

“Jadi angka kemiskinan pasti naik. Kenapa? Karena inflasi ada kenaikan BBM,” ‎ujar dia, di Balai Kota DKI, Jakarta, Jumat (24/4).

Catatan DPRD DKI yang menyebut naiknya angka kemiskinan sebesar empat persen, menurut dia juga keliru. Terang-terangan, Ahok mengaku berdasarkan perhitungannya angka kemiskinan di DKI justru naik lebih dari empat persen.

“Sebenarnya itu sekitar 17 persen. Karena menggunakan kehidupan hidup cukup Rp 2,4 juta. Jadi orang yang hidupnya di bawah 2,4 juta itu 17 persen atau 1,7 juta. Jadi DPRD juga salah bilang naik sedikit,” ujar dia.

Kendati demikian, usai bicara seperti itu, Ahok pun tak berikan solusi konkret untuk memangkas angka kemiskinan warga Jakarta.

Dilansir dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI, disebutkan jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta di September 2014 sebesar 412.790 ribu orang atau meningkat 4,09 persen.

Dibandingkan Maret di tahun yang sama yang sebesar 393,98 ribu orang atau 3,92 persen, maka ada peningkatan sebesar 18,81 ribu atau meningkat 0,17 poin.

Sedangkan dibandingkan dengan September 2013 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 371,70 ribu orang (3,72 persen), jumlah penduduk miskin meningkat 41,09 ribu atau meningkat 0,37 poin.

Garis Kemiskinan (GK) bulan September 2014 sebesar Rp 459.560 per kapita per bulan, lebih tinggi dari Garis Kemiskinan Maret 2014 sebesar Rp 447.797 per kapita per bulan dan dari Garis Kemiskinan September 2013 sebesar Rp 434.322 per kapita per bulan.

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).  Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan September 2014 sebesar 64,75 persen (Rp 297.543), sedangkan sumbangan Garis Kemiskinan Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 35,25 persen (Rp 162.017).

Artikel ini ditulis oleh: