Sebuah toko yang dirusak dan dijarah di ibu kota Angola, Luanda - foto X

Luanda, Aktual.com – Kerusuhan di Angola menyusul protes terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah menewaskan 22 orang sejak Senin (28/7) lalu. Hal tersebut disampaikan Menteri Dalam Negeri Angola, Manuel Homem.

Dilansir dari Arab News, hingga Rabu petang (30/7) waktu setempat, tembakan sporadis masih terdengar di seluruh Ibu Kota Angola, Luanda, dan beberapa kota lainnya, ketika ribuan orang menjarah toko-toko, dan bentrok dengan polisi ketika kekerasan meletus selama pemogokan taksi.

Pemogokan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian protes setelah harga BBM dinaikkan dari 300 kwanza per liter menjadi 400 kwanza per liter, atau sekitar Rp 7.200 per liter, (1 kwanza = Rp 18). Namun kenaikan harga BBM yang mulai berlaku sejak 1 Juli lalu, dinilai menekan biaya hidup bagi jutaan orang miskin di salah satu produsen minyak utama Afrika tersebut.

Pemerintah Angola beralasan, menurunkan subsidi bahan bakar yang menjadi penyebab  naiknya harga BBM lantaran seruan Dana Moneter Internasional (IMF) agar dana publik lebih banyak dibelanjakan untuk kesehatan dan pendidikan.

”Kami menyesalkan adanya 22 kematian, termasuk satu petugas polisi,” kata Menteri Dalam Negeri Manuel Homem kepada wartawan dalam konferensi pers pada Rabu, (30/7) waktu setempat. Dilanjutkan Homem, selalin 22 orang tewas, tercatat sekitar 200 orang terluka dalam kekerasan itu.

Selain itu, menurut Homem, lebih dari 1.214 orang telah ditangkap. Ia menambahkan, setidaknya ada 66 toko atau supermarket, dan gudang-gudang barang yang dirusak dan dijarah barang-barangnya. Tercatat pula ada 25 kendaraan dirusak dan dibakar. Pemerintah juga menyatakan telah mengerahkan aparat militer untuk mengembalikan stabilitas, karena eskalasi kerusuhan menciptakan iklim ketidakamanan yang meluas.

Sepanjang Rabu, di Luanda, toko-toko dan usaha bisnis, termasuk bank dan kantor layanan publik masih tetap tutup. Jalan-jalan sebagian besar kosong karena warga bertahan di dalam rumah, meskipun ada beberapa antrean di luar pom bensin dan toko. Namun transportasi umum perlahan kembali beroperasi setelah terhenti selama dua hari.

Dari rekaman video yang tersebar di media sosial, terlihat supermarket dan pusat perbelanjaan di berbagai wilayah seperti Comarca, jalan menuju Cacuaco, Zango, dan beberapa pusat kota menjadi sasaran utama penjarahan. Pada siang hari di kawasan Comarca, sekelompok warga berusaha menyerbu supermarket Angomart, memaksa aparat menutup akses jalan dan melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa.

Warga yang berusaha melintas di jalanan Luanda yang tengah dilanda kerusuhan – foto X

Bentrokan serupa juga terjadi di sejumlah toko lain, termasuk aksi massa di pusat perbelanjaan Cidade da China di Avenida Fidel Castro Ruz. Sejumlah pengusaha ritel melaporkan kerugian besar akibat penjarahan dan penutupan paksa toko, sementara sektor keuangan juga terkena dampaknya.

Polisi di kota selatan Lubango mengonfirmasi secara terpisah, bahwa seorang petugas polisi telah menembak dan membunuh seorang remaja berusia 16 tahun pada Selasa (29/7). Remaja itu adalah bagian dari kelompok yang mencoba menyerbu markas partai berkuasa MPLA, kata sebuah pernyataan.

Kemarahan terhadap kenaikan harga juga menjadi fokus demonstrasi sekitar 2 ribu orang di Luanda sejak Sabtu (26/7), dengan para pengunjuk rasa juga menuduh korupsi pemerintah.

Media lokal melaporkan, pada hari pertama kerusuhan, Senin (28/7), empat orang dilaporkan tewas pada hari pertama kerusuhan. Sedangkan korban-korban lainnya berjatuhan pada Selasa (29/9).

Media televisi lokal, TV Nzinga memperlihatkan para wanita menangis di atas mayat di sebuah jalan di daerah Cazenga di pusat kota Luanda. Sementara ribuan orang-orang berlarian keluar dari supermarket setelah menjarah makanan dan barang. Laporan itu tidak mengatakan bagaimana orang itu terbunuh. Di daerah yang sama, seorang pemuda tewas di dekat supermarket, tampaknya akibat peluru nyasar aparat.

Situasi kota Luanda yang dilanda kerusuhan terlihat sepi, dan asap dari bangunan atau kendaraan yang dibakar – foto X

Protes dan kerusuhan juga dilaporkan terjadi di luar ibu kota, termasuk di Kota Huambo, sekitar 600 kilometer  sebelah utara Luanda. Gambar-gambar di media sosial juga menunjukkan protes di kota pesisir Benguela, di selatan Luanda.

Kerusuhan sendiri meletus di hari pertama pemogokan para sopir taksi untuk memprotes kenaikan harga BBM. Alasannya,  Angola adalah negara kaya minyak, namun jutaan orang hidup dalam kemiskinan. Meskipun Asosiasi Pengemudi Taksi Nasional Angola (ANATA) menyatakan mogok telah dibatalkan usai negosiasi dengan otoritas provinsi, aksi protes telanjur berubah menjadi kerusuhan yang meluas.

Untuk diketahui, negara berbahasa Portugis dengan penduduk lebih dari 36 juta jiwa ini memiliki tingkat inflasi tinggi yang mendekati 20 persen pada bulan Juni lalu. Sementara tingkat pengangguran mencapai hampir 30 persen, menurut otoritas statistik nasional.

Amnesty International dan kelompok hak asasi manusia menuduh polisi menggunakan kekerasan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa di Angola, yang menderita perang saudara 1975-2002, dan hampir empat dekade penindasan di bawah mantan Presiden Jose Eduardo dos Santos.

”Pemerintah tampaknya mengabaikan penduduknya,” ujar Daniel Pedro, 32, seorang warga Luanda, kepada AFP. ”Mereka mengatakan bahwa pemuda adalah masa depan, tetapi hari ini mereka menganggur. Saya merasa sangat tidak aman,” kata guru tersebut, dilansir dari France24.

(Indra Bonaparte)