Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Universitas 17 Agustus 45 Jakarta, Fernando Ersento Maraden Sitorus ikut mengomentari foto Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa yang mengantar Presiden Joko Widodo ke Roma di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (29/10).

Foto yang tersebar di aplikasi WhatsApp (WA) tersebut menjadi perhatian karena terlihat Jenderal Andika terkesan tidak menghormati Presiden Jokowi sebagai Panglima tertinggi TNI.

Dalam sebuah foto tersebut, Jenderal Andika tidak mengenakan topi seperti layaknya prajurit menemui atasan. Padahal Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berpakaian lengkap ketika menghantar Presiden. Selain Jenderal Andika Perkasa, dan Jenderal Listyo Sigit Prabowo, turut menghantar juga Gubernur Banten. Kapolri dan Gubernur Banten, berpakaian lengkap ketika berhadapan dengan Presiden Jokowi.

“Sepertinya Presiden Jokowi sudah memiliki keputusan atas pengganti Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI,” kata Fernando Ersento Maraden Sitorus di Jakarta, Ahad (31/10).

Fernando menilai, penampilan Jenderal Andika yang kurang memakai atribut lengkap ketika melepaskan rombongan Presiden Jokowi sebagai pertanda bahwa Andika hampir dapat dipastikan tidak akan menjadi Panglima TNI. Oleh karena itu kemungkinan besar Andika tidak akan menduduki posisi puncak di TNI, namun akan mendapatkan jabatan di luar TNI seperti kepala BIN yang selama ini santer terdengar.

“Biasanya sebagai komandan akan memakai perlengkapan penting lainnya ketika melakukan kegiatan penting seperti melepaskan rombongan Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke luar negeri,” paparnya.

Fernando menilai, sangat tidak lazim dalam acara protokoler di luar gedung, seorang Tentara tanpa tutup kepala, apalagi ini menghantar orang nomer satu di Indonesia. Fernando pun menyarankan Museum Rekor Indonesia (MURI) perlu memberikan penghargaan kepada Andika sebagai pemecah rekor acara resmi kenegaraan Kepala Staf tanpa tutup kepala.

“Atau ini bagian dari karakter pengabaian dari norma-norma etika baku?” tanyanya.

Direktur Rumah Politik (RoI) Indonesia ini mengungkapkan, penampilan Jenderal Andika yang tidak berseragam lengkap kemarin bukanlah momen atau sesuatu yang spesial. Tafsir seolah olah Kasad direstui sebagai Panglima TNI oleh Presiden adalah sesuatu yang absurd.

“Hal tersebut menurut saya adalah semata – mata kebutuhan protokoler semata. Kalau mau dibandingkan misalnya pada saat Ibu Negara menolak di supiri oleh Kasad ketika ditawari oleh Presiden saat pameran alutsista di Istana pas hari raya kemerdekaan di depan Istana Negara Agustus lalu. Apakah kita bisa menafsirkan bahwa ada penolakan dari istana atas figur Andika?” tanyanya.

Sementara, pengamat politik dari POINT Indonesia, Karel Susetyo mengatakan, pergantian Panglima TNI kali ini jelas tidak seperti biasanya. Yang sangat dirasakan adalah adanya perang narasi antar pendukung, persis Pilpres. Oleh karena itu kejadian Kasad Jenderal Andika mengantar Presiden saja langsung diartikan bahwa Presiden memilih Jenderal Andika sebagai calon panglima TNI.

“Padahal momen tersebut normatif saja. Nothing special. Seharusnya publik mempertanyakan kenapa Kasad tidak hadir di acara penting pelantikan lulusan Akademi TNI dan Polri di Magelang pada Kamis kemarin? Dimana justru Panglima TNI, KASAL dan KASAU hadir,” papar Karel, Ahad (31/10).

Karel menyebut, sudah beberapa kali Kasad absen saat acara penting bersama Panglima TNI dan Kastaf lainnya. Di antaranya saat perayaan HUT TNI lalu, Panglima TNI, Kasal dan Kasau melakukan ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

“Tentu ini menimbulkan tanda tanya, ada apa antara Kasad dengan Panglima TNI dan Kastaf lainnya?” tanyanya.

Diketahui, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto akan pensiun pada November 2021. Dua nama yang santer menjadi kandidat penggantinya adalah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono.

Artikel ini ditulis oleh:

Advertorial
Wisnu