Bojonegoro, Aktual.com — Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) menyiagakan tiga mobil ambulans di Balai Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, untuk mengantisipasi kejadian warga mengalami keracunan gas, sejak kemarin (Sabtu, 6/2).

“Warga masih khawatir dengan kejadian adanya warga yang mengalami mual-mual, muntah dan pusing, akibat kegiatan pembersihan sumur minyak yang dilakukan beberapa hari lalu,” kata Kepala Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Bojonegoro Sujono, di Bojonegoro, Minggu (7/2).

Ia menjelaskan warganya mengalami gejala mual-mual, muntah dan pusing, bersamaan dengan adanya kegiatan pembersihan sumur minyak di lapangan A Sukowati di Desa Campurejo, Kecamatan Kota, beberapa hari lalu.

“Dalam kejadian itu sebanyak 14 warga harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Tapi, yang mencium bau busuk dari gas yang ditimbulkan dari kegiatan pembersihan sumur, ya, ratusan warga,” jelas dia.

Oleh karena itu, ujarnya, dalam pertemuan dengan Manajer JOB PPEJ, dua hari lalu(Jumat, 5/2) warganya meminta ada ambulans lengkap dengan petugas medis untuk disiagakan di balai desa.

“Tiga ambulans disiagakan sampai kondisi aman, meskipun sekarang kegiatan pembersihan sumur minyak sudah berhenti,” ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, dalam pertemuan itu juga disepakati JOB PPEJ memberikan ganti rugi sebesar Rp300 juta kepada warga di Desa Sambiroto, yang jumlahnya sekitar 900 kepala keluarga (KK) atau sekitar 3.200 jiwa.

Hanya saja, menurut dia, ganti rugi uang sebesar Rp300 juta itu tidak diperbolehkan dibagikan dalam bentuk uang. “Ganti rugi harus dibagikan kepada warga dalam bentuk barang, sehingga kami membentuk tim untuk merumuskan teknis pembagiannya,” jelas dia.

Ia mengakui tidak semua warga mencium bau busuk dampak pembersihan sumur minyak di lapangan A Sukowati di desa tetangganya itu.

Meski demikian, lanjut dia, sebanyak 900 KK (sekitar 2.300 jiwa) akan memperoleh ganti rugi. Hanya saja, jumlah warga yang mengalami langsung di ring I lebih besar dibandingkan dengan warga yang lokasinya jauh dari lapangan A sumur minyak.

Ia menambahkan warganya mengalami kejadian mencium bau menyengat yang mengakibatkan mual-mual, muntah dan pusing, sudah terjadi tiga kali.

Pertama ketika sumur minyak di lapangan A Sukowati mengalami “walk out”, pada 2006, setelah itu kejadian kebocoran gas dan kegiatan pembersihan sumur minyak.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan