Jakarta, Aktual.co — Pengamat politik Andrinof A Chaniago mengatakan pemerintahan Indonesia mendatang yang akan dipimpin Joko Widodo-Jusuf Kalla, menghadapi tantangan untuk mengatasi ancaman krisis pemuda di masa depan.
Menurut Andrinof di Pontianak, Rabu, saat ini Indonesia nyaris mengalami krisis kepemudaan. “Dari 80 juta pemuda di Indonesia, sangat sedikit yang menunjukkan jati diri sebagai pemuda sesungguhnya,” kata dia.
Artinya, lanjut dia, pemuda yang peduli, ingin maju, gigih untuk mewujudkan mimpi tanpa cepat menyerah atau rendah diri.
Ia menambahkan, pemuda berkarakter yang jumlahnya segelintir itu seolah tenggelam oleh kaum muda yang bersikap oportunis, apatis, serta pesimis. “Mayoritas ini yang lebih banyak muncul,” kata Andrinof saat Diskusi Fokus “Strategi Kebijakan Kepemudaan di Era Pemerintahan Baru 2014” itu.
Ia melanjutkan, meski kondisinya seperti itu, bukan berarti Indonesia tidak mempunyai potensi dari kalangan pemuda. “Mungkin karena terpaku oleh pembangunan yang terpusat, elitis. Padahal pemuda ada di desa, kampung, serta tempat yang jauh,” katanya menegaskan.
Andrinof mengingatkan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi ketika jumlah angkatan kerja yakni usia 15 – 64 tahun mencapai 70 persen dari total penduduk.
Namun, kalau tidak dipersiapkan dengan baik akan menjadi potret Indonesia di masa mendatang. “Pengelolaan potensi, baik kuantitas dan kualitas kepemudaan sedini mungkin, menjadi faktor penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan di masa mendatang,” kata Andrinof yang juga tergabung dalam Tim Strategik Jokowi – JK.
Diskusi Fokus tersebut digelar di empat kota. Selain Pontianak, juga di Makassar, Denpasar dan Medan. Melalui diskusi fokus diharapkan dapat memberi informasi tentang pola pelayanan kepemudaan yang diterapkan oleh institusi pemerintah.
Hasilnya, dengan membangun sinergitas pelayanan yang akan menjadi jembatan antara kebijakan pemerintahan 2009 – 2014 menuju pemerintahan baru 2014 – 2019.
Ke depan, kata dia, Indonesia membutuhkan kehadiran para pemuda untuk menghadapi berbagai tantangan. “Secara nasional, meski belum ada tanda-tanda krisis, konstruksi makro pembangunan menyedihkan, dengan parameter-parameter yang salah,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh: