Jakarta, Aktual.com – Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, menjelaskan risiko memilih kebebasan dalam demokrasi. Karena tidak semuanya akan setuju dengan apa yang kita pilih.
“Kalau kita pilih kebebasan, orang lain tidak semuanya setuju,” kata Anwar dalam sebuah rekaman video yang terima redaksi aktual.com di Jakarta, Kamis (13/12).
Anwar mencontohkan, ketika dirinya menolak perkawinan sejenis (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender/LGBT), dirinya mendapat kritikan keras dari para pendukung LGBT.
“Saya sendiri rupanya dikritik keras, karena saya sendiri tidak setuju dengan LGBT dan perkawinan sejenis, lalu mereka menyerang saya dengan kampanye melawan saya,” kata Anwar menambahkan.
Meski mendapat kritikan keras dari para pendukung LGBT itu, kata Anwar, dirinya tidak pernah menghalangi protes yang diserukan para pendukung itu terhadap sikapnya.
“Saya tidak boleh menghalangi hak mereka (pendukung LGBT), tapi saya mengambil kesempatan itu untuk mengunjungi masjid dan musholah untuk menjelaskan sikap kita sebagai orang beragama, bukan cuma Islam, tapi agama Hindu, Budha dan Kristen yang ada di negara kita,” jelas pria berusia 71 tahun itu.
Lebih lanjut, Anwar menegaskan, dalam perbedaan itu, tidak boleh ada kekerasan, karena ada hukum yang mengatur, terlebih negaranya menganut sistem demokrasi.
“Tapi dalam kasus ini, kita tidak boleh menjadi tirani dengan memukul orang karena orang itu LGBT, kemudian kita serang dia, tidak boleh. Negara ini negara hukum. Dia bilang dia tidak setuju, kita harus menggunakan argumen untuk mematahkan argumennya,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh: