Jakarta, Aktual.co — Beberapa waktu lalu, pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium menjadi Rp6.600 /liter dan harga solar Rp6.400/ liter. Ini adalah perubahan harga BBM yang ketiga kali di era pemerintahan yang belum genap 100 hari ini. Meski demikian, harga BBM Jokowi masih lebih tinggi dibandingkan harga terakhir masa pemerintahan SBY. Padahal harga minyak mentah sudah jauh merosot dibandingkan era SBY.
“Pemerintahan Jokowi bakal terus bermain-main dengan harga BBM, tanpa melihat dampaknya terhadap ekonomi dan sosial, seperti harga harga, upah, pendapatan masyarakat, dan juga keuangan perusahaan,” ujar pengamat ekonomi politik dari Indonesia for Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng dalam keterangan yang diterima Aktual, Selasa (20/1).
Lebih lanjut dikatakan jika Wapres Jusuf Kalla pernah menyatakan bahwa buat dulu kebijakannya nanti kita lihat dampaknya kemudian. Melihat hal tersebut, tampaknya rakyat memang akan jadi kelinci percobaan dan akan berada dalam ketidakpastian.
“Apakah harga yang ditetapkan Jokowi sekarang sudah benar, jujur, rasional. Sepertinya perlu dipertanyakan lagi. Mengingat harga minyak mentah saat ini jatuh pada tingkat terendah,” jelasnya.
Dirinya memberikan gambaran singkat, jika harga minyak mentah sebesar 48 USD/barel (1 barel 159 liter). Di Indonesia biaya lifting, kilang dan transfortasi (LRT) USD24.1 (sangat mahal memang), nilai tukar Rp12.000/USD dan pajak dikenakan 15%. Dengan demikian harga BBM per liter tepatnya Rp6.431/liter. Jika ditambah dengan subsidi Rp81,8 triliun (APBNP 2015), maka harga jual BBM adalah sebesar Rp4.700/liter.
“Harga tersebut sudah merupakan harga tertinggi, karena Jokowi sudah mengurangi subsidi lebih dari Rp200 triliun tanpa persetujuan DPR (Sebagaimana APBN 2015). Jika Jokowi menggunakan UU APBN 2014 tentang APBN 2015 , maka nilai subsidi BBM seluruhnya setara dengan 51 juta kiloliter BBM. Artinya semua rakyat Indonesia bisa mendapatkan BBM subsidi secara gratis,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka













