London, Aktual.com – Negara-negara Barat mengatakan Rusia telah berkali-kali mengancam akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina, tetapi apa yang sebenarnya dikatakan Presiden Vladimir Putin tentang hal itu?
Ancaman Nuklir
Kekhawatiran pada kemungkinan terjadinya eskalasi nuklir muncul setelah dua pidato Putin pada bulan lalu.
Ketika itu, dia secara gamblang mengindikasikan bahwa dirinya, jika diperlukan, akan menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia.
Putin pada 21 September memperingatkan Barat bahwa dia tidak sedang menggertak ketika mengatakan Rusia akan menggunakan “semua cara yang ada untuk melindungi Rusia dan rakyat kami”.
Baca juga: Rusia: Empat wilayah Ukraina yang dianeksasi dilindungi senjata nuklir
Pemimpin Kremlin itu mengatakan bahwa Barat berencana menghancurkan negaranya, melakukan “pemerasan nuklir” terhadap Moskow dengan membahas kemungkinan penggunaan nuklir.
“Ini bukan gertakan. Dan mereka yang mencoba memeras kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa baling-baling cuaca dapat berputar dan menunjuk ke arah mereka,” kata Putin.
Pada acara di Kremlin untuk mengumumkan secara formal aneksasi sekitar 18 persen wilayah Ukraina pada 30 September, Putin mengatakan bahwa AS telah menciptakan “preseden” dengan menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada Agustus 1945.
Dia kembali mengulangi kebijakan Kremlin untuk membela wilayah Rusia “dengan semua kekuatan dan sarana yang kami miliki”.
Beberapa saat setelah invasi Rusia di Ukraina, Putin memerintahkan armada nuklir Rusia untuk bersiap dengan kesiagaan tinggi.
Putin, pengambil keputusan tertinggi dalam setiap peluncuran nuklir Rusia, belum pernah secara terbuka menyebut senjata nuklir taktis dalam kaitannya dengan Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan AS telah mendistorsi kata-kata Putin.
Wilayah Aneksasi
Sejak Uni Soviet meledakkan bom nuklir pertamanya pada 1949, Moskow telah berjanji akan menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayahnya.
Saat ini, Rusia telah menganeksasi lebih dari seperlima wilayah Ukraina.
Kremlin mengatakan bahwa setiap serangan di wilayahnya akan dianggap sebagai serangan terhadap Rusia.
Mereka menegaskan bahwa perlindungan nuklir Rusia juga mencakup wilayah-wilayah tersebut, termasuk Krimea yang dicaplok Moskow pada 2014.
Doktrin nuklir Rusia mengizinkan serangan nuklir setelah terjadi “agresi terhadap Federasi Rusia dengan senjata konvensional ketika eksistensi negara terancam”.
Bom Kotor
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bulan ini beberapa kali menyatakan kekhawatiran bahwa Ukraina bisa menggunakan “bom kotor”.
Baik Ukraina maupun AS telah menyebut pernyataan Shoigu itu sebagai klaim palsu.
Sebaliknya, kata mereka, pernyataan itu mengindikasikan bahwa Rusia sedang bersiap untuk melakukan eskalasi.
Barat, Ukraina dan Rusia sama-sama tidak memberikan bukti yang mendukung pernyataan mereka.
“Informasi kami bahwa provokasi dengan penggunaan bom nuklir mungkin direncanakan di Ukraina cukup bisa dipercaya,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada 24 Oktober.
“Informasi terperinci yang mengindikasikan institusi-institusi yang dapat melakukan ini disampaikan lewat jalur Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pembicaraannya dengan kolega dari AS, Prancis, Inggris, Turki.”
Apa Kata Sekutu Putin?
Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, mengatakan pada 1 Oktober bahwa Moskow harus mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir ringan di Ukraina setelah mengalami kekalahan besar di medan tempur.
Dmitry Medvedev, mantan presiden yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan pada September bahwa aliansi militer NATO pimpinan AS akan takut dengan “kiamat nuklir” jika mereka terlibat langsung ke dalam konflik untuk membalas serangan nuklir Rusia di Ukraina.
Dia sebelumnya pernah mewanti-wanti bahwa setiap serangan di Krimea akan memicu respons “Hari Pengadilan” dari Moskow dan memperingatkan bahwa upaya memeras sebuah negara nuklir seperti Rusia akan membahayakan umat manusia.
Menlu Lavrov mengatakan Barat terus mengatakan bahwa Rusia menyuarakan ancaman nuklir meski Putin telah menjelaskan bahwa kebijakan nuklir Moskow bersifat defensif.
Rusia, kata dia, tetap berkomitmen pada janji 3 Januari oleh negara-negara nuklir bahwa tak ada pihak yang akan menang dalam perang nuklir dan perang itu harus dihindari. (Reuters)
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin