Denpasar, Aktual.com — Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengungkapkan permintaan (demand) terhadap batu bara di kawasan Asia mengalami fluktuasi.

Menurutnya, di beberapa negara demand batu bara mengalami penurunan drastis, sementara di lain negara mengalami peningkatan tajam. Demand-nya di India agak mengalami pelemahan. Tiongkok mengalami pelemahan. Yang menguat itu Jepang, Taiwan,” kata Pandu saat ditemui di sela 22nd Trans Coal Asia Conference di Nusa Dua, Selasa (31/5).

Produksi dalam negeri sendiri, ia memaparkan, juga mengalami pelemahan. Bahkan, Pandu menyebut penurunan produksi batu bara dalam negeri pada tahun ini begitu memukul industri batu bara.

“Indonesia mengalami penurunan. Tahun lalu 460 juta. Tahun ini 400 juta. Kurang lebih hampir 20 persen penurunannya,” jelas Pandu.

Menurut Pandu, penurunan drastis ini baru kali pertama dirasakan Indonesia. Sebelumnya, industri batu bara dalam negeri belum pernah mengalami penurunan drastis seperti tahun ini. “Indonesia belum pernah turun sedrastis ini. Dalam sejarah, ini baru pertama kali terjadi,” tegas dia.

Mengenai penyebabnya, Pandu memaparkan ada banyak problematika yang menghantam industri batubara. Harga yang tak sebanding dengan biaya produksi memaksa para pengusaha harus menutup tambang mereka.

“Penyebabnya macam-macam. Harga yang terlalu rendah, jadi banyak tambang yang tutup. Cost-nya sudah tidak sampai, jadi mereka rugi, harus tutup,” papar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan