Jakarta, Aktual.com – Penurunan harga minyak dunia, berpengaruh buruk pada struktur APBN 2016, sementara rakyat mendapat tekanan disebabkan Pertamina mencari keuntungan di sektor hilir migas.
Hal demikian diungkapkan oleh Anggota DPR-RI Komisi VII, Ramson Siagian, menurutnya selama ini pertamina mengandalkan keuntungan di sektor hulu migas, namun dengan kondisi penurunan harga minyak global, sektor hulu migas tidak memberikan pendapatan yang memadai, dengan demikian Pertamina mencari keuntungan di sektor hilir melalui penjual BBM yang tinggi di masyarakat.
“Kalau disesuikan dengan harga pasar, maka keuntungan tidak memadai, makannya kondisi sekarang harga di atas keekonomian atau di atas harga pasar dan ini ada pembiaran dari permerintah,” kata Ramson dalam diskusi Prospek Harga BBM di Hall Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (24/1).
Selanjutnya Ramson memprediksi penurunan harga minyak mentah di pasar global akan terus berlanjut dalam jangka waktu yang panjang, sehingga APBN 2016 yang telah diproyeksikan tidak akan relevan dengan kondisi riil.
“Memang kecenderungan harga minyak mentah di pasar global menurun, karena perang ekonomi global melalui harga minyak, tentu ini berpengaruh pada APBN 2016, asumsi penerimaan dari migas di APBN Rp63 triliun, dan itu tidak akan tercapai,” tuturnya.
Sedangkan asumsi dasar ekonomi makro dari APBN 2016 diterapkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, tingkat inflasi sebesar 4,7 persen, nilai tukar rupiah pada Rp13,900 per USD.
Untuk harga minyak mentah ditetapkan rata-rata USD50 per barel dengan lifting 830 ribu barel per hari dan lifting gas rata-rata 1.155 ribu.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta