Ribuan Guru honorer dari seluruh Indonesia melakukan aksi didepan Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (10/2/02916). Dalam aksinya ribuan guru honorer K2 menuntut untuk segera diangkat menjadi PNS.

Jakarta, Aktual.com — Pemerintahan Jokowi-JK semakin kalang-kabut menghadapi persoalan bangsa, kebijakan yang salah dan perlambatan ekonomi berefek domino pada berbagai permasalahan lain hingga tak memungkinkan untuk menunaikan janji-janji.

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) Arief Poyuono mengatakan seharusnya Jokowi malu melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilakukan oleh puluhan ribuan honorer dari seluruh Indonesia melakukan aksi tagih janji didepan Istana Negara.

“Seharusnya Jokowi malu atas aksi para bapak dan ibu guru honorer yang menagih janji saat kampanye presiden mengatakan akan mengangkat status mereka menjadi guru berstatus PNS,” kata Arief dalam rilisnya yang diterima Aktual.com Jum’at (12/2).

Lebih lanjut Arief memaparkan bahwa Jumlah guru honorer saat ini mencapai kurang lebih 1,1 juta guru, penghargaan pemerintah terhadap guru honorer sangat tidak manusiawi dari sisi pendapatan serta status kepegawaian mereka.

Padahal menurut asumsi perhitungannya, kebutuhan dana yang harus di alokasikan dari APBN untuk gaji 1,1 juta guru honor jika diangkat menjadi PNS golongan 1C, hanya Rp19,5 triliun per tahunnya.

Anggaran tersebut sangat memungkinkan, akan tetapi, oleh karena pemerintah salah langkah dan perhitungan, sehingga banyak melakukan pembangunan proyek infrastruktur yang kurang begitu subtansial, serta tidak mampu menangani perlambatan ekonomi, maka anggaran APBN menjadi tidak efektif.

“Sangat kecil jika dibandingkan dengan anggaran projek hura-hura untuk bangun infrastruktur,” katanya.

Dia menegaskan, program Joko Widodo tidak membawa perbaikan bagi bangsa jika mengabaikan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru.

“Percuma kalau tidak pro pada mutu pendidikan nasional dan Selalu diotaknya hanya pembanguan infrastruktur saja yang dianggap bisa membuat negara maju, ini menunjukkan kalau Joko Widodo itu hanya akan menciptakan bangsa kuli bagi Indonesia dimasa yang akan datang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka