Shinta menyoroti bahwa produk-produk yang tercantum dalam daftar yang beredar berkaitan dengan pro-Israel. Hanya saja baginya, asosiasi perlu meluruskan kalau beragam produk yang diboikot tersebut tidak berkaitan dengan Israel. Aksi boikot yang tidak tepat sasaran lebih banyak merugikan Tanah Air dan kontradiktif dengan tujuan memutus sokongan dana terhadap Israel. “Tidak ada yang mendukung agresi militer Israel, kita juga jelas tidak,” tegas Shinta
Shinta mencontohkan salah satu perusahaan yang selama ini menjadi korban salah sasaran dari aksi boikot adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Shinta memastikan Unilever Indonesia yang menyerap tenaga kerja dalam negeri dan melibatkan banyak pelaku usaha lokal dalam rantai pasok produksi mereka tidak berafiliasi dengan Israel.
Ia khawatir, aksi tersebut akan memberikan dampak yang besar terhadap Unilever, termasuk pada pengurangan tenaga kerja. Dalam hal ini, APINDO tengah meminta informasi kepada seluruh anggotanya terhadap dampak dari aksi boikot tersebut.
”Jadi kasihan konsumen yang tidak mengerti karena mereka pikir ini produk-produk yang berkaitan dengan Israel atau mendukung agresi Israel. Jadi kita mesti tahu sebelum boikot, ini produk dari mana. Kasihan dong produk bukan dari Israel juga kena boikot,” Tutup Shinta.
Unilever Indonesia telah terdaftar sebagai perusahaan publik di Indonesia sejak 1980, dan mulai beroperasi sejak 1933, bahkan sebelum Republik Indonesia merdeka.
Perusahaan ini dikenal memiliki berbagai program kemasyarakatan dan lingkungan, program kesejahteraan petani, program Masjid Bersih yang sudah berjalan sejak lama, dan memenangkan sejumlah penghargaan halal untuk operasional dan merek-mereknya.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin
Rizky Zulkarnain