Jakarta, Aktual.com — Berbagai sektor usaha di Kota Medan, Sumatera Utara, terganggu oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa pekan terakhir. Dari keterangan berbagai pelaku usaha, omset yang didapatkan belakangan ini terus menurun.
“Penurunan itu cukup drastis sehingga mengkhawatirkan pengusaha. Semua sektor omset turun paling sedikit 30 persen,” ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Medan Rusmin Lawin, di Medan, Senin (24/8).
Dilematika kalangan pengusaha tersebut disebabkan rutin mengalami kerugian karena kondisi yang berkembang menyebabkan serapan pasar sangat rendah. Di satu sisi, pengusaha sangat ingin tetap menjalankan usaha. Namun di sisi lain, nilai serapan masyarakat sangat rendah sehingga usaha yang dijalankan terus merugi.
Pengusaha diharuskan membeli berbagai material atau benda dengan harga tinggi karena melemahnya rupiah tersebut. Namun pengusaha tidak dapat menaikkan harga karena tidak akan mampu dibeli masyarakat.
“Pengusaha dilematis, seperti ‘disuruh rugi’,” kata Rusmin.
Padahal, sektor usaha yang dijalankan tersebut memiliki pasar yang sangat besar dan mempunyai pengaruh ekonomi yang cukup signifikan. Dirinya mencontohkan sektor properti dengan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rumah pribadi, termasuk kalangan PNS yang jumlahnya mencapai sekitar 120 ribu orang berdasarkan pendataan tahun 2008.
Selain memperkecil peluang bagi masyarakat dalam kepemilikan rumah, melemahnya nilai tukar rupiah itu juga mempengaruhi usaha lain yang terkait properti seperti industri barubata, semen, pasir, kayu, dan material lainnya.
“Padahal, sektor properti itu cukup strategis, permintaan masih tinggi,” katanya.
Menurut catatan, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (24/8) sore bergerak melemah sebesar 47 poin menjadi Rp13.988 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.941 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka