Jakarta, Aktual.co —  Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) meminta Pemerintah tidak menurunkan batas bawah penetapan bea keluar minyak sawit mentah atau crude palm oil karena mengancam penurunan harga tandan buah sawit petani.

“Penurunan batas bawah penetapan BK (bea keluar) CPO akan berdampak negatif pada industri sawit yang otomatis berimbas kepada harga TBS (tandan buah sawit),” kata Sekjen Apkasindo, Asmar Arsyad di Medan, Rabu (18/3).

Padahal, kata dia, harga, TBS-pun belum begitu bagus atau hanya sekitar Rp1.000-Rp1.100 per kg.

Pemerintah, katanya, seharusnya tidak hanya memikirkan penerimaan pajak dari BK itu, tetapi juga nasib petani.

“Penurunan tarif untuk penetapan BK mungkin menguntungkan Pemerintah, karena akhirnya Pemerintah mendapat BK CPO setelah sebelumnya tidak ada karena BK menjadi nol dengan harga jual dewasa ini. Tetapi sebaliknya pengusaha dan petani merugi,”katanya.

Sejak 2014 harga CPO memang terus turun di bawah 750 dolar AS per ton akibat harga minyak dunia melemah dampak stok melimpah.

Harga semakin turun karena harga minyak nabati lainnya juga melemah.

Bahkan ada prakiraan, harga CPO masih akan terus turun di bawah 700 dolar AS per ton.

“Harusnya Pemerintah justru menolong petani saat harga jatuh.Bukan malah seperti ini menurunkan batas tarif BK CPO yang akan semakin melemahkan harga TBS,”katanya.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan , Partogi Pangaribuan, di Jakarta, Selasa, mengatakan, penurunan batas bawah penetapan BK bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku minyak sawit bagi industri domestik.

Selain itu, Pemerintah juga ingin mengamankan pasokan dan harga minyak goreng di dalam negeri.

Rencananya tarif CPO berada di kisaran harga 500 – 600 dolar AS per ton dari 750 dolar AS per ton dewasa ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka