Manama, Aktual.com – Arab Saudi berada di jalur untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak lebih dari satu juta barel per hari (bph) menjadi lebih dari 13 juta barel per hari pada akhir 2026 atau awal 2027, kata menteri energi, Senin (16/5).

Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pada konferensi energi di Bahrain bahwa produksi dapat dipertahankan pada tingkat itu setelah tercapai jika permintaan pasar membutuhkannya.

Pangeran juga mengatakan semua investasi hulu akan difokuskan di dalam negeri untuk mencapai tujuan itu. “Kami tidak punya uang untuk disia-siakan di tempat lain,” katanya dalam konferensi tersebut, seraya menambahkan bahwa produksi bisa mencapai antara 13,2-13,4 juta barel per hari.

Di ladang gas alam Durra, yang terletak di daerah kaya energi yang dimiliki bersama dengan Kuwait, menteri mengatakan kedua negara sedang melanjutkan pengembangannya.

Iran mengatakan memiliki kepentingan di lapangan itu dan menganggap perjanjian Saudi-Kuwait yang ditandatangani awal tahun ini untuk pengembangannya “ilegal.”

Arab Saudi dan Kuwait mengundang Iran pada April untuk mengadakan negosiasi guna menentukan batas timur wilayah lepas pantai bersama dan menegaskan kembali hak mereka untuk mengembangkan ladang gas yang terletak di dalamnya.

“Kami sedang melanjutkan bidang itu, kami telah membuat pernyataan publik bersama yang mendorong Iran untuk datang ke meja perundingan jika mengklaim mereka memiliki bagian dari itu dan itu tetap menjadi klaim,” kata Pangeran Abdulaziz, menambahkan Arab Saudi dan Kuwait ingin bekerja sama dalam diskusi apa pun karena mereka memiliki minat yang sama dalam sumber daya.

Pada RUU AS, dijuluki NOPEC, yang dapat membuka anggota OPEC dan mitranya untuk tuntutan hukum antimonopoli karena mengatur pengurangan pasokan yang menaikkan harga minyak mentah global, Pangeran Abdulaziz mempertanyakan apakah itu juga akan berlaku untuk negara-negara konsumen yang telah melepaskan minyak mentah dari cadangan strategis dalam upaya untuk mengelola pasar.

“Bukan hanya OPEC yang mencoba mengelola pasar, tetapi juga konsumen… jadi saya tidak tahu tentang NOPEC ini apakah akan mencakup semua atau hanya mereka yang berproduksi?” katanya pada konferensi.

Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul-Jabbar mengatakan kepada wartawan di konferensi yang sama OPEC telah membahas RUU itu pada pertemuan rutin kelompok itu.

“Kami sedang dalam diskusi internal tentang itu, jadi untuk saat ini kami tidak memiliki tanggapan,” katanya.

Abdul-Jabbar juga mengatakan kapasitas produksi negaranya saat ini sebesar 4,9 juta barel per hari dan akan mencapai 5 juta pada akhir tahun.

Irak, produsen OPEC terbesar kedua, bertujuan untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi enam juta barel per hari pada 2027, katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin