Jakarta, aktual.com – Hadits ke tiga dalam kitab Arbain Nawawi menjelaskan tentang rukun islam, yang teks haditsnya sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْن الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النبي صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البِيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Abu Abdurrahman –Abdullah bin Umar bin Al Khathab radhiallahu ‘anhuma, dia berkata: “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Islam dibangun atas lima hal; Kesaksian bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.”
Penjelasan
Biografi perawi hadits
Imam An-Nawawi mencantumkan hadits ketiga dengan perawi Abdullah bin Umar ra, yang Hadits sebelumnya pun diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra, umumnya Ulama di Syiria, Damaskus dan sekitarnya memang banyak mengutamakan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab ra, berbeda dengan ulama di negara lain yang lebih mengutamakan hadits dari sayiduna Ali bin Abi Thalib ra.Namun sungguh dari keduanya tidak ada perbedaan, dan harus sama-sama kita Utamakan.
Abdullah bin Umar termasuk kalangan shigharush shahabah (sahabat junior) dalam jajaran para sahabat nabi. Dikenal sebagai orang yang sangat ketat keteguhannya terhadap syariat. Beliau masuk Islam saat masih kecil dan ikut hijrah bersama ayahnya saat belum baligh.
Beliau banyak meriwayatkan ilmu yang bermanfaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abdullah bin Umar bin Khattab ra. terkenal Zuhud dan sempurna dalam ittiba [mengikuti]’ Rasulullah saw. Beliau melaksanakan haji sebanyak 60x, umrohnya ribuan kali. Jadi tidak mengapa jika seseorang menjalankan haji lebih dari sekali, karena Abdullah bin Umar ra pun hajinya berkali-kali.
Matan Hadits
Hadits ketiga ini mengulang sebagian redaksi dari hadits kedua. Pengulangan menunjukkan penguatan, dan penguatan ini menunjukkan pentingnya berIslam.
Islam adalah bangunan yang harus diperkokoh dari setiap sisi dan setiap hari. Bukan pemantapan secara dhohir saja tetapi juga belajar untuk mulai memaknai setiap amalnya.
Hadits ini merupakan dasar yang agung dalam mengetahui agama, dan di atasnyalah ia disandarkan, karena hadits ini telah mengumpulkan rukun-rukun agama dan menunjukkan betapa pentingnya kelima hal ini dan merupakan kewajiban setiap muslim. Bukan kewajiban kifayah.
Rukun Islam
Pertama, Syahadat, dengan lisan dan hati. Pengungkapan yang sebenar-benarnya dengan penuh pemaknaan. Jangan sampai syahadat kita hanya di lisan saja, namun setiap amaliyah kita tidak sepenuhnya untuk Allah, atau hanya untuk mendapat pengakuan semata, sehingga menyebabkan masuk ke dalam golongan orang munafik, naudzubillah min dzalik.
Kedua, Shalat, banyak dari kita yang melaksanakan shalat namun masih melakukan kefasiqan. Mungkin masih banyak yang perlu dikoreksi dari shalat kita. Pemaknaan shalat setiap orang bisa berbeda. Ada yang menganggap shalat sebagai beban dan kewajiban yang harus dilaksanakan, ada yang merasa shalat adalah kebutuhan seorang hamba terdahap pencipta, ada pula yang menganggap shalat sebagai bentuk kerinduan dan bibit cinta antara hamba dan Pencipta. Orang pada tingkatan ini merasa setiap kebutuhan dalam hidupnya Allah yang akan cukupkan, sehingga tidak ada yang diperlukan lagi melainkan cinta kepada Allah.
Disebutkan dalam sebuah riwayat. Di hari akhir orang-orang yang shalat datang dengan berkelompok. Ada yang datang dengan cahaya menyerupai matahari, sangat terang. Ini adalah orang-orang yang menjaga shalatnya, sebelum waktu shalat sudah i’tikaf di masjid, menjaga shalat dan dapat memaknai shalat secara lahir maupun batin. Ada yang datang dengan wajah bersinar seperti bulan, yaitu orang orang yang menjaga shalat, segera berwudhu saat adzan berkumandang. Yang terkahir seperti cahaya bintang, yakni mereka yang menjaga shalat dan berwudhu setelah adzan berkumandang.
Lantas sejauh mana sholat kita bisa tanhaa ‘anil fahsyaa’ iwal munkar (mencegah perbuatan keji dan munkar) ? Jangan jangan selama ini kita melaksanakan sholat hanya sebagi ritual saja, tanpa ada pemaknaan. sedangkan Rasulullah saw. telah Bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُنِي أُصَلِي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” HR Bukhori dan Muslim.
Yang dimaksud shalat sebagaimana Rasulullah saw. shalat bukan hanya gerakan fisik, namun juga rasa. Kita sering terlalu fokus pada konteks dzohir dan fiqh, kita sibuk dengan urusan qunut atau tidak, dimana letak tangan saat bersedekap di dada, tapi melupakan bagaimana rasa dan hati Rasulullah saw. saat melaksanakan sholat. Mintalah kepada Allah agar diberikan rasa dan suasana hati seperti sholatnya Rasulullah saw.
Ketiga, Puasa. Selama ini yang sudah kita lakukan hanya puasa jasad saja? Atau sudah ke tahapan mampu menata jiwa dan menahan amarah? Hakikat puasa yang sesungguhnya adalah menyehatkan hati dan menanggalkan kedengkian.
Puasa namun masih menggibah, sama saja dengan berbuka karena memakan bangkai saudaranya sendiri.
Keempat dan kelima, zakat dan haji. Keduanya adalah ibadah show up yang berhubungan dengan orang lain.
Jika setelah menunaikan zakat atau melaksanakan haji, kita berbangga dan merasa diri lebih baik dari orang lain, kita harus segera memohon ampun kepada Allah SWT. Jangan sampai amal amal kita hanya untuk menunjukkan eksistensi kepada makhluk. Tawadhu adalah rendah diri dan tinggi akhlak.
Allah swt berfirman:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ ُ
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. [Al-Baqarah:196]
Uang dan keadaan ekonomi hanyalah sebab suatu perkara dan Allah tidak butuh sebab dalam mewujudkan sesuatu, terlebih untuk hajinya seorang hamba. Tanamkan niat dalam hati dan perbarui setiap hari untuk dapat melaksanakan haji dan umroh. Karena sebgaimana disebutkan dalam Hadits,
نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلْهٖ
“Niat seorang mukmin itu lebih baik dari amalnya”
InsyaAllah malaikat mencatat niat niat kita. Selanjutnya perbanyak sholawat. Haji bukan perkara uang, tapi undangan Allah dan Rasul-Nya. Gaungkan niat dan kerinduan kita di dalam hati agar Allah menjadikannya kenyataan. “Labaikallahumma labbaik, labbaika ya Rasulullah” (aku penuhi undangan-Mu dan Rasulmu ya Allah).
Nasehat untuk ikhwan
Ahlu Thoriqoh tidak perlu bingung dengan banyaknya wirid justru harusnya kita bingung dengan banyaknya waktu luang yang terbuang sia-sia. Maka Setiap amal harus dilakukan, istighfar, sholawat, tahlil, lafdzul Jalalah, baca Al Qur’an, baca hadits, baca hizb; semua harus dibaca. harus diatur jadwal wirid kita sehari-hari jangan sampai kita meninggalkan membaca Al-Qur’an. bisa dipilih waktu-waktu yang sekiranya kosong sehingga semua bacaan itu bisa dilakukan. Baca Al Qur’an meskipun 15-30 menit sehari, yang penting Istiqomah.
Untuk yang baru mulai belajar thoriqoh bisa diawali dengan memperbanyak sholawat terlebih dahulu. Salah satu tanda ibadah kita diterima oleh Allah swt. adalah adanya ziyadah, yaitu bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah kita.
Wallahu a’lam
RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.45 – 08.45 WIB Selasa 6 Sya’ban 1441 / 31 Maret 2020)
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto