Baghdad, Aktual– Indonesia perlu membantu Irak dalam menangani masalah pengungsi, karena saat ini Irak sedang susah. Jumlah pengungsinya saja sudah 3,2 juta orang. Angka itu termasuk yang disebut internally displaced person, yaitu pengungsi yang terpaksa pindah dari satu lokasi ke lokasi lain karena kondisi keamanan dan kondisi sosial-ekonomi, yang terjadi karena konflik bersenjata.

Demikian dinyatakan Kepala Kanselerai KBRI Baghdad S. Ari Wardhana kepada wartawan Aktual.com, Satrio Arismunandar, di Baghdad, Irak, Jumat (13/11). Menurut Ari, angka 3,2 juta pengungsi itu artinya 10 persen dari jumlah penduduk Irak. Kalau dibuat perbandingan dengan Indonesia yang berpenduduk 250 juta jiwa, 10 persen itu setara dengan 25 juta pengungsi.

“Kemarin di Gunung Sinabung saja, yang jumlah pengungsinya tidak sampai 1 juta orang, sudah parah begitu. Belum lagi menghitung pengungsi asal Suriah di Irak. Ini kan kesempatan yang baik untuk menunjukkan gesture kita sebagai sahabat, yang punya rekam jejak sejarah yang baik dalam hubungan antara kedua negara,” ujar diplomat senior yang pernah bertugas di KBRI Amman, Yordania ini.

Ari mengingatkan, ada dimensi sejarah yang sudah terbangun lama dalam hubungan antara Irak dan Indonesia. Irak adalah salah satu negara awal yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Namun, dimensi sejarah ini terkadang terlupakan, sehingga atensi Indonesia terhadap Irak juga seakan berkurang.

“Kita tak boleh menyederhanakan fakta sejarah tentang bukti kedekatan itu. Jadi, kalau sekarang kita bilang berterimakasih pada Irak, yang dulu mendukung kemerdekaan RI, lalu wujudnya apa? Kan kita tidak bisa cuma bicara bahasa kosmetik seperti itu. Itu harus diterjemahkan sebagai apa?” tanya Ari.

Ari mengharapkan ada wujud konkret bantuan Indonesia untuk rakyat Irak. Menurut Ari, Dubes Indonesia untuk Irak, Safzen Noerdin, sebenarnya sudah mencoba melobi pihak-pihak di Jakarta untuk memberi bantuan, tapi responnya sejauh ini belum seperti yang diharapkan.

“Pak Dubes Safzen sudah pernah dipanggil oleh Komisi I DPR-RI untuk berdialog di sana dengan mengundang lembaga-lembaga kemanusiaan di Indonesia, untuk semacam fund raising program, membangun semangat kepedulian. Tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” ujar Ari.

“Padahal, kalau kita galang dana untuk membantu Irak, pasti bisa. Masyarakat kita sangat peduli kok, jika pemerintah RI masih belum sanggup. Ini momen yang baik untuk menunjukkan kita sebagai sahabat Irak,” sambungnya. ***

Artikel ini ditulis oleh: