Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (kanan) didampingi Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (kanan) memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI yang membahas BI Rate, Jakarta, Kamis (18/2). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan berada di level 7 persen atau turun 25 basis poin, yang merupakan kelanjutan setelah pada RDG Januari 2016 suku bunga acuan dipangkas menjadi 7,25 persen. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/aww/16.

Jakarta, Aktual.com — Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menyebut aliran dana asing masuk ke Indonesia (capital inflow) semakin kuat, sehingga akan berdampak positif terhadap penguatan mata uang rupiah.

Hingga pekan ketiga April 2016, kata Agus Marto, sudah masuk aliran dana asing yang mencapai Rp71 triliun. Sehingga membuat rupiah kian perkasa.

“Angka ini lebih besar dari priode sebelumnya, dari awal Januari-pekan ketiga April 2015 hanya Rp50 triliun. Ini berarti pihak asing semakin percaya,” tutur Agus Marto di Gedung BI, Jakarta, Jumat (22/4).

Selain itu, di Indonesia juga, lanjut Agus, sepertinya sudah mulai banyak korporasi yang melepas valuta asing (valas) dalam jumlah besar. Kondisi ini tentu berdampak positif terhadap laju rupiah.

“Tetapi, kami melihat ini untuk tetap mewaspadai kondisi dunia, seperti terkait perubahan suku bunga The Fed Fund Rate,” ungkap Agus Marto.

Saat ini, dalam pengamatan BI, pada dasarnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sudah menunjukan tren penguatannya.

“Iya sekarang ini rupiah ditutup 13.150. Menunjukan ada penguatan dan penguatan itu lebih dikarenakan ada dana masuk ke Indonesia yang cukup besar. Penguatannya sekitar 3-4 persen,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, kondisi global yang masih perlu diwaspadai adalah terkait kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed Fund Rate.

Menurut Agus, kondisi global terkait kebijakan moneter Federal Reserve AS itu sangat penting, meski para petinggi The Fed sendiri telah menyatakan tidak akan agresif menaikkan suku bunga.

“Tetapi, suku bunga The Fed di 2016 ini kemungkinan akan naik 25-50 basis poin,” tegas dia.

Dengan kondisi rupiah yang semakin kuat, BI sendiri belum memastikan akan membahas rencana perubahan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, meski pemerintah dan Parlemen berencana mengamandemen UU APBN 2016 di pertengahan tahun ini.

“Iya terkait itu (proyeksi asumsi rupiah) belum membicarakan di dalam pertemuan dengan pihak terkait lainnya,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan