Jakarta, Aktual.com — Amerika Serikat (AS) mengatakan akan terlalu dini untuk menilai langkah mengejutkan Tiongkok mendevaluasi mata uangnya. AS memperingatkan setiap pembalikan dalam reformasi Tiongkok akan “mengganggu” ekonomi global.
Dalam reaksi pertama dari pemerintahan Obama terhadap penurunan hampir dua persen tingkat referensi yuan terhadap dolar oleh bank sentral Tiongkok, People’s Bank of China (PBoC), kementerian keuangan mengatakan telah mendesak Tiongkok untuk nilai tukar yang lebih fleksibel yang mencerminkan pasar.
“Meskipun terlalu dini untuk menilai implikasi penuh dari perubahan dalam tingkat referensi PBoC, Tiongkok telah menunjukkan bahwa perubahan yang diumumkan merupakan langkah lain dalam tindakannya untuk nilai tukar yang lebih ditentukan pasar,” demikian dikatakan kementerian keuangan AS.
“Setiap pembalikan dalam reformasi akan menjadi perkembangan yang mengganggu.” Departemen keuangan mengatakan akan terus memantau bagaimana perubahan diimplementasikan dan menekan Tiongkok tentang laju reformasinya.
Ini termasuk langkah-langkah tambahan untuk transisi ke nilai tukar yang berorientasi pasar dan “keinginan yang dinyatakannya untuk bergerak ke arah ekonomi yang lebih bergantung pada permintaan domestik, yang adalah kepentingan terbaik di Tiongkok dan Amerika.” Para pejabat AS telah lama menuduh pemerintah Tiongkok menjaga mata uangnya, juga dikenal sebagai renminbi, “undervalued” untuk membuat ekspor Tiongkok lebih murah dan mendapatkan keuntungan perdagangan yang tidak adil.
Defisit perdagangan barang besar-besaran AS dengan Tiongkok melebihi 31 miliar dolar AS pada Juni. Depresiasi tajam yuan pada Selasa bisa memperlebar defisit yang sensitif secara politik.
Devaluasi mengangkat spekulasi bahwa pelambatan ekonomi Tiongkok lebih dalam daripada yang telah diperkirakan dan pemerintahnya sedang berusaha untuk meningkatkan ekspor.
Menteri Keuangan Jacob Lew mengatakan bulan lalu bahwa pelambatan dan gejolak pasar saham Tiongkok akan menjadi tes lakmus bagi komitmen Tiongkok untuk reformasi.
Lew, berbicara di Brookings Institution, mengatakan bahwa Tiongkok telah menunjukkan “cukup komitmen” selama dua tahun terakhir untuk agenda reformasinya.
“Pertanyaannya bukan komitmen mereka untuk tujuan, pertanyaannya adalah kecepatan di mana mereka menerapkan itu,” kata dia. “Saya harap ini bukan sesuatu yang memperlambat laju reformasi.”
Artikel ini ditulis oleh:
Eka