Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Sabtu (19/9). PT Freeport Indonesia kini mendapat izin ekspor untuk Juli 2015 - Januari 2016 dengan kuota ekspor mencapai 775.000 ton konsentrat tembaga. Selain itu Freeport mendapat pengurangan bea keluar menjadi lima persen lantaran kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Gresik, Jawa Timur, yang sudah mencapai 11 persen. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/kye/15

Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Rahmat Bagja menilai bahwa pertemuan yang dilakukan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Robert Blake dengan Gubernur Papua Barat Abraham O Atururi sebagai bentuk strategi mendapatkan dukungan masyarakat Papua.

Yakni, perpanjangan kontrak karya PT Freeport yang akan berakhir pada 2021.

“Menurut pendapat saya iya (untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat Papua terhadap Freeport),” kata Rahmat saat dihubungi, di Jakarta, Senin (18/1).

Karena, sambung dia, faktor dukungan masyarakat Papua dipandang faktor penting bagi pihak Amerika Serikat (AS) agar keinginannya dapat terwujud.

“Faktor mendapatkan dukungan masyarakat Papua adalah faktor terpenting untuk mewujudkan kontrak karya,” ucap dia.

Kendati demikian, ia meyakini jika dukungan masyarakat Papua untuk mendukung niatan AS agar mendapatkan kemudahan dalam memperpanjang kontrak tersebut.

“Menurut saya akan sangat berat untuk penduduk Papua menyetujui perpanjangan kontrak,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang