Jakarta, Aktual.com — Amerika serikat terus melakukan perundingan dengan pihak Australia dalam hal penempatan pesawat pengebom jarak jauh di dalam jarang serang wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan, kata pajabat pertahanan Amerika, Rabu (9/3).

Penempatan itu dapat mencantumkan pesawat pengebom B-1 Lancer dan perluasan tugas dengan melibatkan pesawat pengebom B-52 Stratofortress, kata Letnan Kolonel Damien Pickart, juru bicara Angkatan Udara Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik, dengan menekankan bahwa perundingan masih berlangsung dan belum ada keputusan.

“Pergerakan pesawat pengebom itu memberikan kesempatan pasukan udara kami bergerak maju dan memperkuat persekutuan kawasan kami serta memberikan pasukan komando Pasifik Amerika Serikat serangan global dan kemampuan ancaman untuk membantu mempertahankan perdamaian dan keamanan di wilayah Pasifik Indo-Asia,” kata Pickart.

Amerika Serikat hingga saat ini belum menerbangkan pesawat pengebom B-1 di langin Australia. Namun secara berkala menerbangkan pesawat pengebom B-52. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menolak memberikan tanggapan terkait perundingan tersebut.

“Saya hanya dapat memastikan kepada anda bahwa segala yang kami lakukan di wilayah ini diputuskan dengan sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa pasukan militer kami bekerja sama sedekat mungkin dalam kepentingan nasional kami yang sama,” kata dia kepada wartawan pada Rabu.

Jika kesepakatan tercapai, Amerika Serikat akan menempatkan pesawat militernya lebih dekat dengan laut Tiongkok Selatan yang mesih menjadi sengketa. Bahkan sejumlah analis menduga akan memancing kemarahn pihak militer Tiongkok.

“Tiongkok akan melihatnya dalam konteks laporan resmi (dari pihak pertahanan Australia) yang telah mencantumkan bahwa mereka menyampaikan sejumlah ketidakpuasan,” kata Euan Graham, kepala Program Keamanan Internasional dari kelompok penasihat yang bermarkas di Sydney, Lowy Institute.

Australia pada bulan lalu bertekad meningkatkan anggaran pertahanan sebesar hampir 30 miliar dolar Australia, berusaha untuk melindungi kepentingan strategis dan perdagangannya di Asia Pasifik saat Amerika Serikat beserta para negara sekutunya berjuang melawan klaim China.

Peluang penempatan pesawat pengebom B-1 di Australia diangkat pejabat Amerika Serikat pada tahun lalu, namun Menteri Pertahanan Australia saat itu mengatakan bahwa mereka tidak menyatakan dengan benar.

Tiongkok mendaku hampir seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan, namun Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga mengklaim wilayah yang sama.

Ketegangan Amerika Serikat dengan Tiongkok dalam beberapa pekan belakangan semakin panas.

Angkatan Laut Amerika Serikat telah melaksanakan latihan “kebebasan berlayar,” dengan berlayar dan terbang dekat sejumlah pulau yang disengketakan untuk menggarisbawahi hak mereka untuk beroperasi di wilayah tersebut.

Adanya patroli tersebut, serta adanya sejumlah laporan yang menyatakan China menempatkan sejumlah misil mutakhir, pesawat jet tempur dan peralatan radar di pulau terkait, telah menyebabkan Washington dan Beijing saling menuduh satu sama lain melakukan militerisasi di wilayah itu.

Jenderal Lori Robinson, yang bericara kepada para wartawan di Canberra, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus melakukan latihan militer di perairan sengketa, sementara meminta ustralia untuk melakukan hal yang serupa.

“Kami akan mendorong siapa pun di wilayah itu dan di seluruh dunia untuk terbang dan berlayar di wilayah udara dan perairan internasional sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku secara internasional,” kata perusahaan penyiaran Australia mengutip Robinson.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara