London, Aktual.com – Di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), khususnya Inggris. Mendadak Amerika Serikat menempatkan sebagian bom gravitasi termonuklir taktis B61-12 di Inggris.
Tindakan AS menempatkan bom termonuklir di Inggris ini untuk pertama kalinya sejak tahun 2008 lalu. Dilansir dari dari UK Defence Journal, sumber-sumber melaporkan bahwa sejumlah bom gravitasi termonuklir B61-12 dipindahkan minggu ini dari Pusat Senjata Nuklir Angkatan Udara AS (AFNWC) di Pangkalan Angkatan Udara AS Kirtland di New Mexico, ke fasilitas penyimpanan senjata nuklir yang baru dibangun di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris atau Royal Air Force (RAF) Lakenheath di Suffolk, Inggris.
B61-12 adalah bom gravitasi nuklir taktis canggih berdaya ledak rendah yang dapat digunakan oleh sejumlah pesawat, termasuk F-35A Lightning II, yang diterbangkan oleh Skuadron Tempur ke-493 dan Skuadron Tempur ke-495 yang bermarkas di Lakenheath, Inggris.
Hingga saat ini, Departemen Pertahanan AS belum mengonfirmasi pemindahan ini secara publik, dan Kementerian Pertahanan biasanya tidak mengomentari keberadaan atau ketiadaan senjata nuklir di lokasi tertentu.
Untuk diketahui, B61-12 adalah bom nuklir taktis berdaya ledak rendah yang telah dimodernisasi dan mampu menghasilkan daya ledak variabel serta panduan presisi. Bom ini dirancang agar kompatibel dengan berbagai platform pengiriman, termasuk jet tempur siluman F-35A Lightning II. Wing Tempur ke-48 di RAF Lakenheath mengoperasikan Skuadron Tempur ke-493 dan ke-495, yang menerbangkan F-35A dan merupakan salah satu yang pertama di Eropa yang melakukannya.
RAF Lakenheath sebelumnya menjadi tempat penyimpanan senjata nuklir AS selama Perang Dingin, tetapi penarikan terakhir yang diketahui terjadi pada tahun 2008 setelah bertahun-tahun pengurangan terkait perlucutan senjata di seluruh Eropa. Pengembalian senjata semacam itu yang dilaporkan akan mewakili perubahan signifikan dalam postur nuklir NATO di teater Eropa di tengah memburuknya hubungan dengan Rusia dan meningkatnya penekanan pada pencegahan.
Untuk diketahui pula, pada tahun 2020, senjata ini menjalani modifikasi ke-12, sehingga disebut B61-12. Bom termonuklir ini memiliki desain dengan yield variabel dengan yield 0,3 hingga 340 kiloton dalam berbagai modifikasinya. Senjata ini memiliki casing ramping yang mampu menahan penerbangan supersonic, dengan panjang 3,56 m, diameter sekitar 33 cm, dan berat dasar 320 kg, dengan harga 28 juta dolar AS per unit.
(Indra Bonaparte)

















