Jakarta, Aktual.com — Washington mendesak Beijing, Selasa WIB (2/2) untuk menjelaskan duduk perkara hilangnya lima orang pedagang buku di Hong Kong.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa insiden tersebut menimbulkan pertanyaan serius terkait komitmen Tiongkok atas otonomi Hong Kong.

Lima orang tersebut, yang semuanya tergabung dalam perusahaan percetakan asal Hong Kong Mighty Current, yang dikenal sangat kritis terhadap para pemimpin Beijing, hilang dalam beberapa bulan dan dikhawatirkan telah dipenjara di wilayah Tiongkok daratan.

“Kami mendesak Tiongkok untuk mengklarifikasi kondisi terkini lima orang tersebut dan situasi di sekitar lokasi hilangnya mereka serta mengizinkan mereka untuk pulang ke rumahnya masing-masing,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby kepada para wartawan di Washington.

Lima orang tersebut, termasuk dua warga dari benua Eropa yang hilang di Thailand dan Hong Kong. Penegak hukum Tiongkok daratan tidak punya kewenangan untuk melakukan penindakan di kedua negara tersebut sehingga hal itu dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa Tiongkok memperluas jangkauan kewenangannya secara internasional.

Lee Bo, seorang yang memiliki parpor Inggris, dan Gui Minhai berpaspor Swedia, keduanya lahir di Tiongkok dan dikabarkan sedang mempersiapkan semua buku cerita tentang kehidupan percintaan Presiden Xi Jin-ping.

Para aktivis, media lokal, dan berbagai politikus di negara semiotonom Hong Kong menekankan perhatiannya bahwa para pria tersebut telah diculik yang mungkin melakukan penerobosan serius ke “satu negara, dua sistem”, di bawah wlayah kota tersebut yang telah dikembalikan kepada Tiongkok pada 1997, namun Tiongkok masih menahan kemerdekaannya.

Beberapa anggota legislatif prodemokrasi di negara bekas jajahan Inggris itu, para aktivis, dan warga percaya pihak berwenang Tiongkok daratan menculik para pengkritik agar tidak bersuara dalam setiap perbedaan.

Sejumlah anggota legislatif dari Inggris dan Uni Eropa juga bebas berbicara atas hilangnya lima orang tersebut.

Menteri Luar Negeri Swedia menyatakan bahwa sistem perlindungan terhadap warga negaranya di Tiongkok sangat tidak bisa diterima akal sehat.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara