Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan semakin banyak belanja modal pemerintah diberikan, tentunya makin bertambahnya aset-aset yang dikelola. Tahun 2017 ini belanja modal yang ada di APBN mencapai Rp1.300 triliun.

“Jika tak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, akumulasi aset tiap tahunnya akan bertambah. Persoalannya, bagaiamana aset itu setelah terjadi dan kita bisa manfaatkan,” ujar Menkeu saat acara pekuncuran Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), di Jakarta, Jumat (23/12).

Untuk itu, kata dia, aset-aset tersebut seperti yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar untuk membangun kesejahteraan rakyat. Makanya, kata dia, hal itu diwujudkan dengan memperbanyak porsi belanja produktif.

“Tahun depan, belanja modal kita Rp1.300 triliun. Maka kita harus membangun sikap mental positif dengan banyaknya belanja modal itu,” kata dia.

Apalagi memang, lanjutnya, di negara-negara maju di sana bisa santai, tapi justru uang dan asetnya yang bekerja keras. Akan tetapi di Indonesia dan negara berkembang lainnya, orangnya kerja keras, tapi malah aset dan uangnya tidur. Sehingga tidak akan dapat banyak lagi.

“Kita 85 persen hanya mengumpulkan dan membelanjakan uang belanja (pemerintah). Padahal aset kita bisa produktif. Bayangkan kalau itu terjadi rakyat Indonesia akan makmur,” ungkap dia.

Makanya, Menkeu meminta jajarannya, agar aset-aset yang setiap tahun diadakan dari belanja modal itu dibukukan dan mem-value-nya dengan benar juga melegalkannya. Sehingga aset-aset yang sesungguhnya ada bisa digunakan dengan benar.

“Padahal, Kemenkeu itu memiliki ratusan apartemen yang disita karena untuk bailout. Lha, kalau ratusan apartmen itu enggak dipakai, sementara kita bayar utility-nya berapa uang negara yang akan habis?” tegas Sri Mulyani.

Oleh karena itu, dirinya meminta ke Dirjen Kekayaan Negara untuk menginventarisir aset- negara. “Tadi saya senang. Dari sedikit saja sudah biss men-generate beberapa ratus miliar. Kecepatan kita untuk mampu menciptakan value dan benefit. Tidak harus menjadi barang mati, dia (aset) harus terus menerus dikembangkan,” tandasnya.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka