Jakarta, Aktual.com – Target penerimaan negara di sektor migas diperkirakan tidak tercapai lantaran melesetnya asumsi Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Bahkan lebih daripada itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan asumsi yang meleset juga berpengaruh pada alokasi subsidi BBM.
“Resiko utamanya lebih ke target penerimaan negara dari sektor migas tidak tercapai.Terhadap kebijakan subsidi ada dampaknya tetapi tidak besar mengingat yang diberikan subsidi saat ini hanya solar dan minyak tanah,” ujarnya kepada Aktual.com, Selasa (16/5).
Untuk diingat, baru-baru ini Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan rata-rata ICP pada bulan April 2017 mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2017. ICP April 2017 mencapai USD 49,56 per barel, naik USD 0,85 per barel dari USD 48,71 per barel pada bulan sebelumnya.
Sedangkan ICP SLC pada April 2017 mencapai USD 50,51 per barel, naik USD 0,89 per barel dari USD 49,62 per barel pada Maret 2017.
Sementara itu, berdasarkam data yang dirilis Ditjem Miga pada Rabu (3/5), perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan April 2017 dibandingkan bulan Maret 2017 mengalami peningkatan menjadi sebagai berikut:
Brent (ICE) naik sebesar USD 1,28 per barel dari USD 52,54 per barel menjadi USD 53,82 per barel.
WTI (Nymex) naik sebesar USD 1,45 per barel dari USD 49,67 per barel menjadi USD 51,12 per barel. Basket OPEC naik sebesar USD 1,15 per barel dari USD 50,32 per barel menjadi USD 51,47 per barel.
(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka