Romi menjelaskan dahulu perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar, namun saat ini ketika ada orang berbeda pemahaman lalu dengan mudahnya mengkafirkan seorang.
Dia juga mengingatkan bahwa ulama-ulama yang masuk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan ikhlas menanggalkan syariat Islam dalam Piagam Jakarta.
“Dahulu perbedaan disikapi dengan kelegowan namun sekarang diikuti dengan menyalahkan misalnya mengadakan tahlilan disebut salah dan ziarah kubur dianggap bid’ah,” katanya.
Kehilangan arah Sementara itu,Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan kunjungannya itu merupakan bagian silaturahim kebangsaan yang diadakan organisasinya terkait kondisi bangsa Indonesia saat ini yang semakin kehilangan arah.
Hal itu menurut dia terlihat ketika orang berbeda pilihan dalam politik lalu dinilai munafik dan dilarang disholati ketika meninggal sehingga itu menandakan kondisi kebangsaan yang mengkhawatirkan.
“Karena itu GP Ansor inisiatif menemui tokoh bangsa dan politik untuk menggali lebih jauh untuk bagaimana disarikan untuk menjadikan keputusan organisasi,” katanya.
Dia mengatakan GP Ansor telah bersilaturaimi dengan beberapa pihak seperti Ketua MPR, pimpinan PBNU, pimpinan PP Muhamadiyah dan berbagai media.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang