Jakarta, Aktual.co —   Perusahaan riset di bidang ekonomi dan bisnis Katadata mengungkapkan bahwa Pemerintah Jokowi-JK setidaknya membutuhkan anggaran Rp6.500 triliun untuk membiayai pembangunan infrastruktur selama periode 2015-2019. Kenyataannya, realisasi dana infrastruktur yang tersedia dalam satu dekade terakhir hanya berada dikisaran 2 persen dari PDB, jauh dari batas minimal 4 persen yang dicapai sebelum krisis 1997/1998.

“Akibatnya, menurut Bank Dunia, Indonesia telah kehilangan setidaknya 1 persen pertumbuhan ekonomi setiap tahun selama satu dekade terakhir. Untuk mengatasinya, maka diperlukan adanya pengurangan subsidi BBM yang mencapai 2,6 persen dari PDB,” kata Direktur Riset Katadata Heri Susanto di Warung Daun Cikini, Jakarta, Kamis (16/10).

Akan tetapi, lanjutnya, persoalannya kemudian, jika kebijakan rencana pengurangan subsidi BBM ini tersandera oleh kepentingan politik, maka problem pembangunan infrastruktur akan terus membebani Pemerintah baru. Selain itu, instabilitas politik juga akan menyurutkan minat investasi asing di sektor infrastruktur. Maka dari itu, para elite politik dari kedua kubu yaitu koalisi Prabowo dan Jokowi perlu secara arif meredakan ketegangan dan menghindari terjadinya kebuntuan negosiasi yang bisa berujung pada krisis politik.

“Jika kebuntuan politik terus berlanjut, bahkan semakin memanas, sangat mungkin ancaman-ancaman tersebut akan menjadi kenyataan. Jika ini terjadi, maka perekonomian nasional benar-benar tersandera oleh kepentingan sempit politik dan akibatnya ongkos ekonomi yang harus ditanggung seluruh rakyat sangat mahal,” tuturnya.

Sementara itu, Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi menambahkan bahwa persoalan yang harus diselesaikan adalah defisit transaksi berjalan. Lahkah yang perlu diambil oleh Pemerintah untuk menyelesaikan persoalan defisit transaksi berjalan yaitu dengan cara memperluas industri manufaktur dan tentunya mengurangi subsidi BBM.

“Subsidi BBM sudah terlalu memberatkan APBN kita. Secepatnya pemerintah harus mengurangi subsidi tersebut,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka