Petugas beraktifitas pada sekitar ruang yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (15/7). IHSG ditutup melemah 0,65 persen atau 31,96 poin ke posisi 4,869.85 pada penutupan bursa saham sebelum libur lebaran dan akan kembali diperdagangkan pada Kamis (23/7) mendatang. ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna/ed/pras/15

Jakarta, Aktual.com — Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan pagi ini bergerak di teritori negatif. Menyusul laju bursa Asia yang memerah, IHSG dibuka terkoreksi 23 poin.

Setelah terkoreksi 46 poin akhir pekan lalu, IHSG pagi ini juga turun 23,449 poin (0,48%) ke level 4.833,146. Sedangkan Indeks LQ45 terkoreksi 5,998 poin (0,72%) ke level 822,390.

Membuka perdagangan awal pekan, Senin (27/7), IHSG terkoreksi 25,733 poin (0,53%) ke level 4.830,862. Indeks LQ45 melemah 6,623 poin (0,80%) ke level 821,845. Hingga pukul 9.05 waktu JATS, IHSG terus memerah 27,825 poin (0,57%) ke level 4.828,770. Sementara Indeks LQ45 mundur 7,166 poin (0,87%) ke level 821,222.

Seluruh saham di sektor industri pada perdagangan pagi ini terpantau berada di zona merah lantaran tertekan aksi jual.

NH Korindo Securities Indonesia dalam risetnya mengemukakan, potensi penguatan yang dimiliki IHSG kembali meredup, sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan.

“Apalagi diikuti dengan kembali maraknya aksi profit taking yang dibarengi melemahnya sejumlah bursa saham global. Cermati dan antisipasi sentimen yang akan muncul di awal pekan,” ujar Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priymbada.

Pada perdagangan Senin (27/7) IHSG diperkirakan Reza berada pada rentang support 4.832-4.845 dan resisten 4.866-4.900.

Maraknya sentimen negatif membuat IHSG pekan lalu berada di zona merahnya. Harapan akan adanya pembalikan arah menguat tidak terjadi.

Padahal di awal sesi perdagangan sempat berada di zona hijau, namun kondisi bursa saham AS dan Eropa sebelumnya yang cenderung melemah memberikan persepsi negatif. Apalagi pelemahan tersebut lebih disebabkan karena respon negatif pelaku pasar terhadap rilis kinerja beberapa emiten yang di bawah estimasi.

“Pelaku pasar di dalam negeri tentu akan terpengaruh, akan turut memperkirakan kinerja para emiten dalam negeri juga akan mengalami pelemahan,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: